Journey to The Center of The Earth
Director: Eric Brevig
Scriptwriter: Michael Weiss, Jennifer Flackett, Mark Levin (based on Jules Verne’s Novel)
Cast: Brendan Fraser, Josh Hutcherson, Anita Briem
Executive Producer: Brendan Fraser
New Line Cinema, Walden Media
2008
Trevor Anderson terbangun dari mimpi tentang Max, saudaranya yang hilang beberapa tahun lalu. Max, sebagaimana halnya Trevor, adalah seorang ahli vulkanologi yang hilang dalam perjalanannya yang terakhir. Di hari yang sama saat Trevor terbangun dari mimpi, istri Max menitipkan Sean kepada Trevor selama 10 hari ke depan karena dia sedang mengurus proses kepindahan ke Canada. Selain menitipkan Sean, dia juga memberikan barang-barang peninggalan Max kepada Trevor. Sean yang semula tidak mempedulikan Trevor dan sibuk dengan PSP-nya mulai tertarik saat Trevor melihat-lihat barang milik Max serta menceritakan kisahnya.
Salah satu barang peninggalan Max adalah novel lawas karya Jules Verne, Journey to The Center of The Earth, yang menceritakan perjalanan dalam pencarian inti bumi. Dalam buku tersebut terdapat beberapa catatan yang dibuat dengan tulisan tangan oleh Max yang menunjukkan bahwa dia berusaha mencari inti bumi tersebut. Saat itulah di layar komputer Trevor muncul titik ke empat di sebuah gunung berapi di Iceland. Trevor memutuskan untuk ke sana karena dia yakin dia bisa menelusuri jejak Max. Sean memaksa ikut karena ini menyangkut ayahnya.
Mereka mencari akademi yg dipimpin Prof. Sigurbjornsdottir (susah banget namanya, ini juga hasil nyontek di wiki) sesuai petunjuk dari catatan yang dibuat Max. Tapi ternyata akademi itu tidak ada dan mereka malah bertemu Hannah, anak Prof. Sigurbjornsdottir. Hannah mengatakan bahwa ayahnya, dan juga Max, adalah Vernian, orang-orang yang mempercayai bahwa yang ditulis oleh Jules Verne adalah nyata. Hannah bersedia menjadi pemandu untuk mendaki gunung.
Petualangan dimulai saat mereka terjebak di dalam gua saat menyelamatkan diri dari terjangan petir. Mereka memutuskan menyusuri gua tersebut untuk menemukan jalan keluar di sisi lainnya. Trevor nyaris terjun bebas ke jurang yang dalamnya ratusan meter. Menaiki troli di jalur tambang yang juga nyaris memakan nyawa mereka. Menemukan dinding gua yang penuh dengan ruby, emerald, bahkan diamond hingga mereka tidak menyadari bahwa tempat mereka berpijak sangat tipis. Mereka bertemu kawanan burung yang sayapnya bercahaya dan kemudian menemukan sebuah ruangan beserta catatan yang dibuat Max. Jalan keluar dari situ adalah menemukan geiser yang akan membawa mereka ke atas. Mereka harus berkejaran dengan waktu karena suhu makin tinggi. Saat menyeberangi danau mereka bertemu ikan-ikan pemangsa hingga Sean terpisah dari Trevor dan Hannah. Ternyata Sean ditemani oleh salah satu burung bercahaya yang menuntun jalannya menuju geiser. Trevor dan Hannah tiba di sungai tetapi Sean tidak berada di sana.
Sebagai pecinta film fantasi, saia cukup terhibur dengan film ini, meskipun ceritanya sangat standar. Scene and scoring paling bagus saat mereka bertemu dengan kawanan glowing birds. Karena nontonnya di kos dengan audio video player yang standar, efek 3D-nya jadi kurang berasa. Mungkin kalau nontonnya di Theater IMAX film ini jadi lebih keren. Meski dinosaurus dan ikan-ikan di danau kelihatan banget tempelannya. Efek 3D paling berasa saat ketiganya menaiki troli tambang dan menyusuri jalur yang seperti rollercoaster. Seru juga kalau dijadiin salah satu wahana di Dunia Fantasi yang pake layar 3D dan kursi yang bergerak-gerak mengikuti gambar. Lucu juga melihat Sean dan Trevor, dua orang dari dua generasi yang berbeda, terpana melihat Hannah. Dibandingkan dengan film Fraser sebelumnya, sekuel ketiga dari The Mummy, saia lebih terhibur dengan film ini. Apalagi dibandingkan film Josh Hutcherson sebelumnya, Bridge to Terrabithia, ya kerenan yang ini lah… .
No comments:
Post a Comment