Sudah lebih dari dua pekan Israel memborbardir beberapa kota di Jalur Gaza, Palestina. Sudah hampir seribu orang tewas dan ribuan lainnya terluka bahkan harus mengalami cacat permanen akibat serangan ini. Dalihnya apa lagi kalau bukan memburu pasukan Hamas. Nyatanya, sebagian besar korban yang tewas adalah wanita dan anak-anak. Resolusi PBB tentang gencatan senjata di Timur Tengah telah pula dikeluarkan beberapa hari yang lalu, tapi agresi tetap saja berlangsung. Israel seolah mendapat angin surga karena saudara tuanya adalah satu-satunya negara yang memilih abstain dalam pengambilan keputusan gencatan senjata.
Hampir semua orang di berbagai negara menyuarakan kecaman mereka terhadap Israel. Tapi tidak semua Kepala Negara/ Kepala Pemerintahan yang melakukan hal nyata bagi terciptanya perdamaian di Timur Tengah. Bahkan para pemimpin Liga Arab. Mereka sepertinya terlalu takut berurusan dengan anak emas Amerika ini.
Lalu, apa bukti nyata yang bisa kita lakukan untuk membantu penduduk Palestina, terutama yang berada di Jalur Gaza? Demonstrasi? Pengerahan masa besar-besaran? Itu sah-sah saja. Paling tidak menunjukkan kepada dunia bahwa kita di Indonesia juga mendukung perjuangan rakyat Palestina. Bagi yang mempunyai rejeki lebih, beberapa lembaga membuka rekening khusus yang diperuntukkan bagi bantuan ke Palestina. Kalau punya pulsa lebih, silakan berinfak melalui pesan singkat premium. Bahkan Pemerintah membuka kesempatan bagi tenaga medis dan kemanusiaan untuk diberangkatkan ke Jalur Gaza. Beberapa organisasi kemasyarakatan pun membuka pendaftaran relawan ke Palestina.
Meski yang terjadi Palestina adalah sebuah konflik kedaulatan dan kemanusiaan, tak bisa dipungkiri bahwa banyak orang menganggap bahwa ini juga sebuah perang agama. Yahudi dan Islam. Dan para petinggi Israel tak akan gentar memerangi Palestina selama Muslim di dunia masih belum bersatu. Musuh-musuh Islam hanya akan takut apabila jumlah jamaah sholat Subuh sama banyak dengan jamaah sholat Jumat. Mereka tahu bahwa Islam akan kuat bila hal itu terjadi. Jadi selama umat Islam masih bermalas-malasan menunaikan sholat Subuh berjamaah di masjid, mereka akan tetap menindas saudara-saudara kita.
Meski kos hanya berjarak satu rumah dengan sebuah surau, tak sekali pun saya mengikuti sholat Subuh berjamaah. Karena saya seorang perempuan dan Rasulullah menganjurkan bagi perempuan untuk sholat di rumah. Hihihi... bukan bermaksud membela diri, tapi memang begitulah adanya. Nah, buat saudara-saudaraku sekalian yang mengaku laki-laki... ayo gentarkan para musuh Islam dengan menyatukan barisan dan menyemarakkan jamaah sholat Subuh di lingkungan masing-masing.
Mau jadi relawan? Silakan. Mau demo? Silakan. Menulis di blog? Silakan. Mau menyumbang sebagian rejeki? Silakan. Mau menyumbang dengan pulsa? Silakan.
Jadi relawan tak mampu? Tak apa. Ikut demo juga tak sanggup? Tak apa. Tidak bisa membuat tulisan di blog atau media massa? Tak apa. Tak ada rejeki lebih untuk disumbangkan? Tak apa. Pulsa juga gak punya (duh, keterlaluan banget sih)? Tak apa. Paling tidak kita masih bisa berdoa agar Allah memberikan kekuatan dan kemudahan untuk saudara-saudara kita di Palestina. Dan jangan lupa, sholat Subuh berjamaah di masjid atau surau di lingkungan kita!
Catatan:
Tulisan ini dibuat karena merasa disindir oleh Om Jon waktu kultum ba’da Dhuhur sepekan yang lalu. :D
No comments:
Post a Comment