Friday, January 23, 2009

Pencarian Harta Karun Astria

Paris Pandora
Fira Basuki
Penerbit Grasindo
322 halaman
Cetakan I, 2008

Astria mendapat kejutan besar saat sedang mempersiapkan pesta pernikahannya dengan Rizki. Karena alasan yang tak jelas Rizki meminta Astria untuk menunda pernikahan mereka meski undangan telah dibagikan. Toro, partner kerja Astria di Astro Design, mengijinkan gadis yang dirundung duka itu pergi ke Paris untuk memenuhi undangan pemotretan sekaligus menyembuhkan lukanya. Astria pun terbang ke Paris dan secara mengejutkan bertemu dengan Hugo, salah satu gargoyle di Gereja Notre Dame. Hugo percaya bahwa Astria adalah keturunan Ratu Sima dari Kerajaan Kalingga. Dari gargoyle itu Astria mengetahui bahwa raja-raja masa lalu memiliki harta karun yang sangat besar, sebagian dipercayakan kepada Hugo untuk dijaga.

Sepulang dari Paris, Astria ditugaskan menemui seorang calon klien dari Jepang di Bali. Dia kembali dikejutkan oleh munculnya makhluk yang selama ini hanya menjadi legenda, seekor naga bernama Nogosari. Naga yang belum sayapnya itu mengatakan bahwa suatu saat Astria dapat meminjam bahkan menggunakan harta karun raja-raja Nusantara. Saat Astria sudah siap.
Hari-hari wajar Astria masih dipenuhi dengan ingatan tentang Rizki. Lelaki itu menghilang tanpa jejak. Hingga muncul seorang wanita yang mengaku dekat dengan Rizki. Rizki akhirnya menampakkan diri, bukan untuk kembali kepada Astria tetapi untuk memutuskan pertunangan mereka. Astria makin terpuruk. Tapi setelah bertemu dengan Ki Samudro dan juga mendapat suntikan semangat dari guru spiritualnya, Mas Bowo, Astria mulai bangkit. Dia pun berusaha mengikhlaskan Rizki. Sementara itu Permadi dan Bayu Langit, lelaki-lelaki di masa lalunya meminta Astria untuk kembali. Bahkan Ari, fotografer yang memotretnya di Paris, datang jauh-jauh khusus untuk Astria. Tapi Astria belum bisa melupakan Rizki.
Suatu saat Astria kembali bertemu Nogosari. Naga itu menunjukkan sebagian harta yang dijaganya. Astria yang semula sangat ingin melihat harta itu justru menolak mengambilnya.

Novel ini adalah kelanjutan dari Astral Astria. Astria, gadis yang diberi kemampuan lebih untuk melihat makhluk-makhluk tak kasat mata bahkan beberapa kali melakukan perjalanan ke dunia antara. Saya tidak (baca: belum) membaca logi pertamanya tetapi tak menemui kesulitan mengikuti logi kedua ini. Beberapa sejarah dan legenda di jaman kerajaan-kerajaan di Nusantara mengalami masa keemasan dan kehancurannya melengkapi cerita ini. Aroma mistik pun terpapar gamblang. Santet, ruwatan, dan sekaten hanya sebagian dari yang disebut dalam novel. Tetapi ada juga pelajaran tentang kesabaran, keikhlasan, kekuatan doa dan pikiran positif. Tak ketinggalan pula buah pikiran unik dan segar dari Wimar Witoelar.
Nyaris sempurna. Itulah Astria. Cantik, cerdas, peduli sesama dan selalu mengampanyekan pengurangan global warming. Tapi saya tak mau menjadi dia karena saya mensyukuri ketidakmampuan saya untuk melihat hal-hal yang tak kasat mata. Ih, gak kebayang punya kemampuan “lebih” seperti Astria. :D

Dibanding beberapa buku Fira Basuki yang pernah saya baca, saya merasa kurang nyaman dengan cara bertuturnya di novel ini. Bahkan humor-humor yang dilontarkan pun terasa kurang menggigit.


No comments: