Pintu Terlarang
Director: Joko Anwar
Scriptwriter: Joko Anwar (based on Sekar Ayu Asmara’s Novel)
Producer: Sheila Timothy – LifeLike Pictures
Cast: Fachry Albar, Marsha Timothy, Henidar Amroe, Tio Pakusadewo
Sebagai seorang pematung sukses, kehidupan Gambir nyaris sempurna. Dikelilingi oleh Talyda, istrinya yang cantik dan cerdas, sahabat-sabahat yang selalu mendukungnya serta ibu yang sangat perhatian. Tapi Gambir merasa dirinya kotor sejak Talyda memintanya meletakkan Arjasa – janin hasil hubungan mereka yang digugurkan saat mereka belum menikah – di dalam rahim salah satu patung wanita hamil karyanya. Gambir melakukan hal yang sama berulang kali untuk memberikan roh bagi patung-patungnya. Hingga dia menemukan sebuah pintu berwarna merah di salah satu dinding studionya. Talyda melarangnya membuka pintu itu.
Hidup Gambir mulai terusik setelah beberapa kali menemukan pesan “tolong saya.” Rasa penasaran membimbingnya ke sebuah gedung bernama Herosase, tempat eksklusif untuk menyaksikan tayangan orang-orang sakit. Salah satu tayangannya adalah seorang anak yang selalu disiksa oleh kedua orang tuanya. Anak itulah yang mengirimkan pesan “tolong saya” kepada Gambir. Saat Gambir berusaha menolong anak tersebut dia justru mendapati penghianatan dari orang-orang terdekatnya.
Nonton film ini hanya karena penasaran bagaimana Joko Anwar menerjemahkan novel Sekar Ayu Asmara yang saya baca beberapa tahun lalu. Sebenarnya sudah agak lupa jalan cerita novel ini karena sudah lama banget bacanya, hanya ingat cerita utama dan twist ending-nya. Syukurlah, meski tak sama persis dengan novelnya (seperti halnya film adaptasi novel lain) film ini tidak kalah dari novelnya yang lumayan laris (Tapi saya lebih suka novel Kembar Keempatnya Sekar Ayu).
Setting-nya keren, terutama tangga memutar di gedung Herosase yang di-shoot dari atas. Casting-nya juga oke, pas banget Marsha memerankan wanita smart yang bisa membuat orang melakukan apa yang dia minta. Scoringnya lumayan menambah ketegangan juga. Tapi buat yang tak suka adegan berdarah-darah disarankan tidak menonton film ini. Apalagi pas adegan Gambir meletakkan janin-janin tak berdosa di rahim patung-patungnya. Huek….
Banyak iklannya juga... aneh aja lihat simbol dari salah satu operator telepon seluler, rokok, dll wara-wiri di beberapa adegan padahal settingnya gak cocok banget.
Paling tidak film ini bisa menjadi oase bagi perfilman Indonesia yang masih dijamuri film-film gak jelas yang bertema horor dan komedi dewasa.
Yang jelas, ending film ini membuat saya ngakak abis (bahkan beberapa pengunjung menelengkan kepala melihat kami) dan nyaris guling-gulingan di lantai kalau gak ingat bahwa kami sedang berada di bioskop! :D
No comments:
Post a Comment