Saturday, June 6, 2009

Liburan Bareng Ana (Bagian 1)

Liburan yang kami, saya dan Ana, rencanakan sejak Maret ini nyaris tak terlaksana gara-gara beberapa lembar surat sakti di pertengahan April. Surat sakti yang memaksa saya hengkang dari kantor sebelumnya ke kantor baru. Alhamdulillah, bos baru mengizinkan saya mengambil cuti (sesuai rencana) di awal Mei meski saya baru dua minggu bertugas di tempat baru.

Hari yang dinanti pun tiba. 6 Mei 2009, bertepatan dengan hari lahir Ana, saya menjemput dia di Sta. Gambir. Kereta Kamandanu yang membawanya dari Semarang tiba sekitar pukul 4.30 pagi. Jakarta diguyur hujan deras. Rencana menjemput dengan mengendarai motor pun terpaksa dibatalkan. Meski hujan tak lagi deras, saya memilih menggunakan armada taksi demi kenyamanan dan keamanan. Tak butuh waktu lama untuk tiba di Sta. Gambir. Setelah melepas kangen sejenak kami langsung kembali ke kos.

Sementara Ana beristirahat, saya menyusun rencana perjalanan hari ini. Pasar Tanah Abang, Jakarta City Center, Monas dan Istiqlal. Pukul 10.30 kami meluncur ke Pasar Tanah Abang. Cukup dengan membayar Rp.2.000 per orang, Kopaja P-16 mengantar kami ke kawasan perdagangan grosir paling terkenal seantero negeri. Dari pemberhentian terakhir Kopaja P-16 kami harus berjalan kaki sekitar 1 km untuk sampai ke tujuan. Saat melewati Museum Tekstil, tangan saya refleks menarik Ana memasuki pelataran museum. Hampir setiap hari saya melewati bangunan ini tapi baru saat inilah kesempatan dan keinginan berkunjung itu datang. :D

Dua buah tiket retribusi Rp.2.000 per orang dan dua buah brosur telah berpindah tangan. Sepiiiiiiiiiiiii sekali. Di ruang pajang ditempatkan berbagai batik klasik dari seluruh Indonesia, baik koleksi museum serta koleksi para desainer dan pecinta batik. Ada juga beberapa pakaian adat dari batik serta pakaian dari serat kayu. Sayangnya bangunan tua ini kurang terawat dan terkesan angker (mungkin karena tak ada pengunjung lain) sehingga merusak kenyamanan kami. Tak lama di ruang pajang, kami keluar dan mengintip bagian belakang bangunan ini. Rupanya ada anak-anak SD Al-Azhar (entah dari cabang yang mana) yang sedang belajar membuat batik. Ugh… kapan-kapan boleh juga nih ikut kursus batik. ;-)

Kami melanjutkan perjalanan ke tujuan semula, Pasar Tanah Abang yang tak pernah sepi. Niat awal untuk sekedar mengantar Ana berbelanja akhirnya goyah juga. Huehuehue… Cacing-cacing di perut mulai berdemonstrasi saat jam makan siang terlewat. Kami langsung ke lantai 8 di mana berbagai menu makanan bisa disantap. Saya langsung memesan semangkuk yamin special, makanan favorit tiap berkunjung ke tempat ini. Cukup dengan merogoh kocek Rp.12.500, yamin nan lezat telah dihidangkan. Ana memilih nasi plus cumi goreng tepung. Ah, yang datang tak secantik gambar yang dipasang! Rasanya pun hambar. Padahal untuk menu ini harus merogoh kocek lebih dalam, Rp.19.500 per porsi! Selesai makan kami meluncur ke masjid yang terletak di atap gedung ini. Masjid yang cukup megah, sayang untuk mencapainya harus bersusah payah karena hanya ada 2 lift serta 2 tangga berjalan. Hampir lupa, saya telah membuat kesepakatan dengan Mbak Pit untuk bertemu di Blok A ini. Perjumpaan singkat dengan Mbak Pit di lobby utama menyudahi acara belanja di Blok A.

Selanjutnya kami berdua meluncur menaiki Angkutan Pengganti Bemo (APB) 03 ke Jakarta City Center atau JaCC (baca: Jak) untuk mencari sesuatu yang hanya ada gerainya di tempat itu. Tak jauh memang, tak sampai 2 km jaraknya. Tapi jalan menuju ke sana lumayan macet. Setelah menemukan yang dicari kami menyusun rencana baru karena hari sudah sore. Lift menuju puncak Monas hanya di buka sampai dengan pukul 17.00. Kami tak mungkin mengejar itu mengingat jalanan ibukota yang sangat padat. Akhirnya kami memutuskan untuk meluncur ke ITC Kuningan, belanja lagi! BS 07, bis kecil berwarna kuning jurusan Tanah Abang - Kampung Melayu mengantar kami membelah kemacetan Jl. Dr. Satrio. Hingar bingar dari para penjaja CD dan DVD bajakan menyambut langkah kami memasuki pusat perbelanjaan yang tak pernah sepi ini. Puas mengubek-ubek ITC Kuningan, kami memutuskan kembali ke kos. Mikrolet 44 mengantarkan kami ke kawasan Jl. Jend. Sudirman untuk kemudian berganti ke bus kota. Bus 213 Jurusan Kp. Melayu – Grogol menjadi pilihan. Tepat di halte busway Bendungan Hilir, bus kami dan juga semua kendaraan di jalur lambat tertahan. Suara klakson dari banyak kendaraan menjerit-jerit membuat kepala nyaris meledak. Rupanya, ada rombongan pejabat yang lewat. Sebuah sedan hitam dengan plat nomor RI 1 melenggang angkuh ditingkahi sirine kendaraan pengiringnya. Huh, bagaimana pemimpin kita mengetahui kesusahan rakyatnya kalau mereka tak pernah merasakan berada di posisi kami. :(

Fyuh… akhirnya sampai juga di halte Slipi Jaya. Kami mampir untuk mengisi perut di salah satu warung tenda di depan Pasar Slipi. Rp.14.000 melayang dan ditukar dengan bubur ayam dan teh manis hangat yang langsung mengurangi lelah kami. Cukup untuk hari ini. Kami harus menyiapkan energi untuk perjalanan esok.

No comments: