Buku yang diangkat dari tulisan di blog ini cukup menghibur. Bisa bikin cengar-cengir sendiri. Bahkan ngakak saking gokilnya cerita-cerita yang disajikan.
Lebih dari setahun yang lalu, seorang teman memberitahukan blog ajaib ini, http://chaos@work.blogspot.com. Sayangnya saya tak sempat menengoknya barang sebentar. Baru tergerak waktu membaca beberapa tulisan yang mengelu-elukan Mbak Kerani, wanita misterius pemilik blog. Alhasil, buku ini pun berada di genggaman saya.
Menampilkan cerita-cerita ringan dari seorang pekerja wanita asal Indonesia yang bekerja di negeri tetangga dengan seorang bos yang juga berasal dari Indonesia. Hari demi hari harus dijalani dengan berbagai "penyakit" sang bos yang super ajaib, bawel bin ngeyel dan selalu merasa benar.
Yang paling bikin ngakak? Hmmmm... yang mana ya??? Banyak yang bikin saya ngakak siy... wkwkwkwkwk.
Setelah membaca penderitaan Mbak Kerani, saya mau tak mau harus merasa bersyukur tidak mempunyai bos yang separah itu! Dan mudah-mudahan gak nemuin orang ajaib macam boss-nya Mbak Kerani sepanjang perjalanan hidup ini. Bisa sakit jiwa! :D
Buku keduanya sudah terbit, My Stupid Boss 2. Beli gak yah????
Catatan kaki
Boss: Melllllll...... Maksudnya apa ini?
Melski: Jangan marah dulu boss...
Boss: Judulnya provokatif gitu...
Melski: Makanya dibaca dulu, baru komen!
^Ini reaksi boss saya pas takkasih pinjem bukunya, huehehehehe...^
Friday, April 23, 2010
Sunday, April 11, 2010
Bandung, Backpacking Tanpa Persiapan Matang
Cuma satu yang ada dalam pikiran saya saat itu untuk keluar dari rutinitas, jalan-jalan! Akhirnya saya dan Ketty sepakat untuk berpetualang ngere ke kota kembang, Bandung. Dengan tas punggung yang sarat muatan kami berangkat dari St. Gambir dengan kereta Argo Gede paling pagi pukul 06.15 WIB. Tapi ternyata kereta terlambat diberangkatkan sekitar 15 menit.
Perjalanan yang seharusnya menyenangkan menjadi menjemukan gara-gara kereta keseringan berhenti. Huh, judulnya aja pake nama Argo plus body aduhai kelas Argo, tapi kualitas mah jauuuhhh... :p
Yang paling berkesan dari perjalanan dengan Argo Gede ini adalah saat kereta melaju melewati terowongan Sasaksaat (baru tahu namanya pas nyari video kereta api di Youtube). Sekitar 60 detik kereta membelah kegelapan total. Untung saja di dalam gerbong kereta tetap terang benderang.
Sampai di St.Hall Bandung hampir pk.10.00 WIB, fyuh... Setelah sekian tahun tak menyambangi kota ini, akhirnya saya kembali menapakkan kaki di bumi parahyangan. Menyempatkan sarapan bubur ayam di depan stasiun yang harganya bikin saya pingin ngegetok kepala yang jual. Mosok satu porsi dihargai Rp.13.000???
Sambil sarapan pun kami masih belum pasti akan jalan-jalan kemana. Akhirnya diputuskan untuk ke Lembang menggunakan angkot jurusan St. Hall-Lembang. Ongkosnya lumayan mahal, Rp.6.000/orang, padahal gak terlalu jauh. Mendingan Kopaja kemana-mana deh... muter-muter cuma bayar dua ribu perak.
Menyusuri jalanan menjauh dari pusat kota, melewati beberapa tempat makan yang sepertinya menarik, kami pun turun di perhentian terakhir yaitu di Pasar Lembang. Celingak-celinguk, mupeng ngeliat colenak yang dijajakan sepanjang jalan, tapi terpaksa ditahan karena perut masih penuh oleh bubur ayam yang bikin gondok. Dengan tas punggung yang lumayan berat, kami jalan tanpa tujuan di sekitar Pasar Lembang.
Sepetak kebun stroberi menarik langkah kami untuk mendekat. Dengan uang masuk Rp.5.000/orang (termasuk segelas jus stroberi) kami bisa melepas penat sejenak di saung yang disediakan pengelola. Selain saung juga disediakan arena outbound untuk anak-anak, flying fox, kolam pemancingan, bahkan kuda untuk mengelilingi kebun. Terik sekali hari itu. Hanya sedikit tertolong oleh sejuknya udara Lembang. Setelah numpang sholat di sebuah musholla mungil dengan air wudhu yang sangat menyejukkan (alias dingin banget), kami meninggalkan kebun stroberi tak bernama ini.
Hanya beberapa langkah dari situ kami menemukan sebuah tempat mirip SPBU pelat merah tempat penjualan Tahu Lembang. Sebungkus tahu dihargai Rp.10.000, berisi 10 buah tahu yang masih mengepul. Musti sabar dulu menunggu tahu cukup bersahabat untuk disantap (saking panasnya). Dan... woooowwww... rasanya mantab pisan!
Mau ke Tangkuban Perahu, keknya kok kejauhan... Akhirnya kami putuskan balik lagi ke kota. Kami mampir sebentar di sebuah kedai surabi tak jauh dari Terminal Ledeng, Rumah Imoet namanya.
Saya memesan batagor dan surabi dengan topping meises plus segelas es cappucino. Dengan harga yang cukup masuk akal, cuma surabinya yang bisa diacungin jempol, yang lain mengecewakan.
Di sini kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan ke Dago (gak tahu lagi musti kemanan!). Setelah dua kali bertanya ke karyawan Rumah Imoet, kami kembali memanggul tas punggung menantang teriknya matahari Bandung dan berpeluh karena angkot yang kami naiki terjebak kemacetan di Jl. Setiabudi. Kami turun di simpang yang katanya dekat ke Dago. Jalan sedikit ke sebuah perempatan besar dan menanyakan arah ke Dago. Kami pun jalan kaki sejenak untuk menghilangkan mual. Tak lama kemudian kami menyetop angkot. Ternyata oh ternyata... kami salah jalan! Harusnya tadi ke Dago bawah, tapi ternyata kami malah jalan ke Dago atas dan berakhir di Terminal Dago, wkwkwkwkwkwk...
Balik lagi ke perempatan besar tadi, dan dari situ kami lanjutkan berjalan kaki menyusuri Dago, keluar masuk factory outlet. Payah nih, rencana untuk gak belanja-belanji di Bandung gagal total! Dari kepanasan sampai kehujanan, ditambah bawaan yang berat, kami semangat '45 mengais-ngais setiap sudut FO meski muka makin lusuh.
Menjelang maghrib kami memutuskan untuk langsung balik ke Jakarta malam itu juga. Semula kami berniat menginap di rumah salah seorang teman tak jauh dari kompleks MTC. Setelah berbasa-basi menghubungi sang teman dan menanyakan jadwal kereta plus travel, kami rehat sejenak di kedai di depan salah satu FO. Ketty memilih zuppa soup dan secangkir kopi panas sementara saya menetapkan hati pada semangkuk mie kocok.
Perjuangan belum berakhir. Kereta terakhir dari Bandung sudah berangkat sejak sebelum kami memutuskan kembali ke Jakarta. Kami mencoba menghubungi agen travel dari nomor yang diberikan seorang teman tetapi tak berhasil. Akhirnya kami nekat ke Terminal Leuwi Panjang. Sudah lebih dari pukul 21.00 WIB ketika kami menaiki angkot jurusan Kalapa. Terkantuk-kantuk di antara penumpang lain. Dari Kalapa kami berganti angkot ke Leuwi Panjang. Sempat terjadi sedikit insiden dengan para calo bus di terminal. Alhamdulillah ada bus jurusan Merak yang akan berangkat.
Tepat pukul 23.00 WIB bus melaju perlahan meninggalkan Terminal Leuwi Panjang. Ketty sudah terlelap sedari tadi. Saya mulai kehilangan kesadaran ketika bus memasuki jalan tol. Beberapa waktu kemudian saya terbangun. Kami sudah berada di jalur Cikampek-Jakarta. Bus melaju kencang. Saya nyaris tak berani melihat ke kaca depan. Baru pukul 00.30 WIB! Sopirnya TOP BGT dah. Setengah jam kemudian kami sudah terlelap di kamar. :D
Catatan:
Berencana ke Bandung lagi, tapi dengan persiapan lebih matang. Musti ngumpulin informasi tentang tempat-tempat oke yang wajib dikunjungi. Kalau perlu ntar bawa peta sekalian, hehehe....
Next trip: Lampung - Palembang
Perjalanan yang seharusnya menyenangkan menjadi menjemukan gara-gara kereta keseringan berhenti. Huh, judulnya aja pake nama Argo plus body aduhai kelas Argo, tapi kualitas mah jauuuhhh... :p
Yang paling berkesan dari perjalanan dengan Argo Gede ini adalah saat kereta melaju melewati terowongan Sasaksaat (baru tahu namanya pas nyari video kereta api di Youtube). Sekitar 60 detik kereta membelah kegelapan total. Untung saja di dalam gerbong kereta tetap terang benderang.
Sampai di St.Hall Bandung hampir pk.10.00 WIB, fyuh... Setelah sekian tahun tak menyambangi kota ini, akhirnya saya kembali menapakkan kaki di bumi parahyangan. Menyempatkan sarapan bubur ayam di depan stasiun yang harganya bikin saya pingin ngegetok kepala yang jual. Mosok satu porsi dihargai Rp.13.000???
Sambil sarapan pun kami masih belum pasti akan jalan-jalan kemana. Akhirnya diputuskan untuk ke Lembang menggunakan angkot jurusan St. Hall-Lembang. Ongkosnya lumayan mahal, Rp.6.000/orang, padahal gak terlalu jauh. Mendingan Kopaja kemana-mana deh... muter-muter cuma bayar dua ribu perak.
Menyusuri jalanan menjauh dari pusat kota, melewati beberapa tempat makan yang sepertinya menarik, kami pun turun di perhentian terakhir yaitu di Pasar Lembang. Celingak-celinguk, mupeng ngeliat colenak yang dijajakan sepanjang jalan, tapi terpaksa ditahan karena perut masih penuh oleh bubur ayam yang bikin gondok. Dengan tas punggung yang lumayan berat, kami jalan tanpa tujuan di sekitar Pasar Lembang.
Sepetak kebun stroberi menarik langkah kami untuk mendekat. Dengan uang masuk Rp.5.000/orang (termasuk segelas jus stroberi) kami bisa melepas penat sejenak di saung yang disediakan pengelola. Selain saung juga disediakan arena outbound untuk anak-anak, flying fox, kolam pemancingan, bahkan kuda untuk mengelilingi kebun. Terik sekali hari itu. Hanya sedikit tertolong oleh sejuknya udara Lembang. Setelah numpang sholat di sebuah musholla mungil dengan air wudhu yang sangat menyejukkan (alias dingin banget), kami meninggalkan kebun stroberi tak bernama ini.
Hanya beberapa langkah dari situ kami menemukan sebuah tempat mirip SPBU pelat merah tempat penjualan Tahu Lembang. Sebungkus tahu dihargai Rp.10.000, berisi 10 buah tahu yang masih mengepul. Musti sabar dulu menunggu tahu cukup bersahabat untuk disantap (saking panasnya). Dan... woooowwww... rasanya mantab pisan!
Mau ke Tangkuban Perahu, keknya kok kejauhan... Akhirnya kami putuskan balik lagi ke kota. Kami mampir sebentar di sebuah kedai surabi tak jauh dari Terminal Ledeng, Rumah Imoet namanya.
Saya memesan batagor dan surabi dengan topping meises plus segelas es cappucino. Dengan harga yang cukup masuk akal, cuma surabinya yang bisa diacungin jempol, yang lain mengecewakan.
Di sini kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan ke Dago (gak tahu lagi musti kemanan!). Setelah dua kali bertanya ke karyawan Rumah Imoet, kami kembali memanggul tas punggung menantang teriknya matahari Bandung dan berpeluh karena angkot yang kami naiki terjebak kemacetan di Jl. Setiabudi. Kami turun di simpang yang katanya dekat ke Dago. Jalan sedikit ke sebuah perempatan besar dan menanyakan arah ke Dago. Kami pun jalan kaki sejenak untuk menghilangkan mual. Tak lama kemudian kami menyetop angkot. Ternyata oh ternyata... kami salah jalan! Harusnya tadi ke Dago bawah, tapi ternyata kami malah jalan ke Dago atas dan berakhir di Terminal Dago, wkwkwkwkwkwk...
Balik lagi ke perempatan besar tadi, dan dari situ kami lanjutkan berjalan kaki menyusuri Dago, keluar masuk factory outlet. Payah nih, rencana untuk gak belanja-belanji di Bandung gagal total! Dari kepanasan sampai kehujanan, ditambah bawaan yang berat, kami semangat '45 mengais-ngais setiap sudut FO meski muka makin lusuh.
Menjelang maghrib kami memutuskan untuk langsung balik ke Jakarta malam itu juga. Semula kami berniat menginap di rumah salah seorang teman tak jauh dari kompleks MTC. Setelah berbasa-basi menghubungi sang teman dan menanyakan jadwal kereta plus travel, kami rehat sejenak di kedai di depan salah satu FO. Ketty memilih zuppa soup dan secangkir kopi panas sementara saya menetapkan hati pada semangkuk mie kocok.
Perjuangan belum berakhir. Kereta terakhir dari Bandung sudah berangkat sejak sebelum kami memutuskan kembali ke Jakarta. Kami mencoba menghubungi agen travel dari nomor yang diberikan seorang teman tetapi tak berhasil. Akhirnya kami nekat ke Terminal Leuwi Panjang. Sudah lebih dari pukul 21.00 WIB ketika kami menaiki angkot jurusan Kalapa. Terkantuk-kantuk di antara penumpang lain. Dari Kalapa kami berganti angkot ke Leuwi Panjang. Sempat terjadi sedikit insiden dengan para calo bus di terminal. Alhamdulillah ada bus jurusan Merak yang akan berangkat.
Tepat pukul 23.00 WIB bus melaju perlahan meninggalkan Terminal Leuwi Panjang. Ketty sudah terlelap sedari tadi. Saya mulai kehilangan kesadaran ketika bus memasuki jalan tol. Beberapa waktu kemudian saya terbangun. Kami sudah berada di jalur Cikampek-Jakarta. Bus melaju kencang. Saya nyaris tak berani melihat ke kaca depan. Baru pukul 00.30 WIB! Sopirnya TOP BGT dah. Setengah jam kemudian kami sudah terlelap di kamar. :D
Catatan:
Berencana ke Bandung lagi, tapi dengan persiapan lebih matang. Musti ngumpulin informasi tentang tempat-tempat oke yang wajib dikunjungi. Kalau perlu ntar bawa peta sekalian, hehehe....
Next trip: Lampung - Palembang
Subscribe to:
Posts (Atom)