Tak hanya itu, kami seolah tak berhak mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan. Yah, namanya prajurit... musti mengikuti apa yang diperintahkan komandan. Kami pun tak punya kuasa untuk mengubah keputusan itu. Kami merasa di-dholimi.
Pada awalnya semua sepakat untuk menuntut penjelasan secara transparan atas keputusan yang diambil tersebut kepada top manager. Tapi kemudian, hanya kami bertiga (di luar korban utama) yang tetep keukeuh menuntut klarifikasi. Yang lain seolah tak lagi peduli. Entahlah... mungkin mereka sudah bisa berkompromi dengan keputusan itu.
Kami yang bertahan merasa bahwa penjelasan dianggap perlu untuk mengurangi demotivasi yang terjadi setelah dikeluarkannya keputusan itu. Kami butuh kejelasan. Kami butuh keadilan. Kami butuh menyuarakan keluh kami.
Semoga tuntutan kami segera terpenuhi karena kalau tak ada lagi kenyamanan di ruangan ini, apa lagi yang bisa membuat kami bertahan selain alasan ekonomi?
Di saat kita bersama
Di waktu kita tertawa
Menangis merenung
Oleh cinta...
(Kita-So7)
No comments:
Post a Comment