Rabu, 30 Juni 2010, kami harus sudah siap pukul 08.00 WITA. Setelah sarapan kami langsung bergegas. Pak Agus tak nampak pagi ini, digantikan oleh guide lain, Mas Yudi (the third Yudi in this trip). Sayangnya, Mas Yudi ini gak seasyik Pak Agus saat memandu. Gilang, jangan pake dia lagi yak... ;p
You can see Bali in Lombok, but you can’t see Lombok in Bali. Tiga puluh persen penduduk Mataram adalah penganut Hindu. Banyak pura di sepanjang jalan utama, juga tempat peribadatan di depan rumah. Angkutan tradisional yang berlalu-lalang adalah cidomo (gabungan dari cikar, dokar, roda mobil). Tak banyak angkutan umum, bahkan tak nampak bus kota atau antar kota.
Setelah city tour keliling Mataram, kami menuju ke Senaru di kaki Gunung Rinjani, Lombok Utara. Mencicipi segarnya Tuak Manis yang baru saja diambil dari pohonnya. Cukup dengan Rp.5.000 untuk sebotol air mineral ukuran 1500ml. Katanya sih halal karena belum melewati proses fermentasi dan sama sekali tidak memabukkan. Melewati Pusuk Pass di mana kita bisa bercengkrama dengan monyet-monyet liar yang bersahabat. Siapkan saja segenggam kacang, mereka akan mengambilnya dengan sopan tanpa berebutan. Ada juga sih yang nakal, merebut sekantung besar kacang yang masih setengah isi!
Perjalanan ke Senaru cukup memakan waktu. Baru sekitar pukul 13.00 WITA kami tiba di parkiran Air Terjun Sendang Gila. Setelah makan siang nasi kotak dengan menu yang lagi-lagi mirip dengan hari sebelumnya, kami langsung menuruni ratusan anak tangga ke lokasi air terjun. Lumayan bikin ngos-ngosan. Cukup ramai orang di sini, beberapa mandi di bawah guyuran air yang deras, termasuk dua orang turis mancanegara. Air terjunnya tak terlalu tinggi dan ada dua tingkat.
Lima belas menit kemudian Gilang mengajak kami ke air terjun berikutnya, Tiu Kelep, yang tak jauh dari Sendang Gila. Jalurnya lebih menantang dibandingkan jalur ke Sendang Gila yang sudah berupa undakan tangga. Menuju Tiu Kelep harus menyusuri jalan setapak tanah, tangga yang terjal, jembatan bolong-bolong yang lumayan serem untuk penderita acrophobia karena di bawah jembatan adalah jurang menganga, serta melintasi sungai berbatu. Medannya lebih mudah dibandingkan saat berpetualang ke Curug Cijalu Subang tempo hari. Tapi reward-nya lebih bagus. Tiu Kelep keren pisan! Ditambah penampakan pelangi di atas permukaan air. It’s so amazing! Hilang semua letih yang kami rasa terbayar oleh kemagisan Tiu Kelep. Semua orang langsung nyemplung tanpa mempedulikan dinginnya air.
Makin lama angin yang berhembus dari air terjun semakin kencang. Dengan pakaian yang masih kuyup kami kembali menyusuri sungai dan setapak serta menaiki anak tangga. Kami harus bergegas untuk mengejar panorama matahari terbenam dari Bukit Malimbu. Megahnya Gunung Rinjani mengantar kami hingga pesisir Lombok Utara. Sayangnya, kami sudah sangat terlambat untuk mengejar matahari terbenam di Bukit Malimbu. Tapi kami masih bisa mengagumi lembayung senja di sepanjang jalan menuju Senggigi. Nampak di cakrawala adalah Gunung Agung di Pulau Dewata.
Menyusuri pesisir barat Pulau Lombok di petang hingga malam hari memberikan sensasi sendiri. Jalanan yang berkelok dan naik turun membuat bus melaju dalam kecepatan tak sampai 20 km/jam. Sisi kiri adalah tanah perbukitan sementara di sisi kanan tebing yang langsung berbatasan dengan laut. Fyuh… saya sering menahan nafas sepanjang perjalanan. Tak ada penerangan lain selain lampu kendaraan. Tak ada kendaraan lain selain bus kami. Apalagi di beberapa bagian sedang dilakukan perbaikan jalan hingga menyerupai jalan buntu.
Sampailah kami di daerah Senggigi yang saat ini menjadi pusat pariwisata Lombok. Banyak hotel berbintang dan kelab hiburan malam. Kalau di Bali ada Kuta, di Lombok ada Senggigi. Kami yang sudah sangat kelaparan langsung berhamburan saat bus diparkir di depan Café Montong. Sajian modern sudah tersedia. Rasanya sih biasa saja, tapi berhubung dalam kondisi sangat lapar kami pun dengan lahap menyantap semuanya dengan lahap. Pak Agus telah kembali bergabung dengan kami, horeeeeee...!
Kantuk mulai menyerang saat bus kembali melaju menuju kota Mataram. Hari kedua di Lombok pun berlalu dengan indah. ;-)
No comments:
Post a Comment