Lagi-lagi, sholat Subuh kesiangan. Kami baru bangun lewat dari pukul 05.00 WIB. Selama liburan ini orang yang biasanya membantu pekerjaan di rumah Lita sedang libur. Jadilah dia pontang-panting mengurus Mas Yoga dan Aisya, ditambah tiga orang teman yang merepotkan. Pagi-pagi dia sudah keluar mencari sarapan untuk kami. Nasi gudeg komplit, donat, susu kedelai dan gorengan. Dia pikir kami kelaparan kali ya sampai-sampai disediakan makanan sebanyak itu. :D
Sebelumnya ada tawaran dari Lita untuk mengantar kami jalan-jalan ke Jogja seharian ini dan bermalam lagi di sini. Lalu esoknya baru jalan-jalan di Magelang. Meski sangat tergoda tawaran menarik ini, kami tidak ingin merepotkan Lita dan Mas Yoga. Jadi kami tetap pada rencana semula, menghabiskan hari ini di Magelang dan ke Jogja sore harinya. Saya pun menghubungi Ketty untuk mem-booking salah satu kamar di rumahnya mengingat susah sekali menemukan kamar hotel kosong di masa liburan panjang.
Masih ragu menentukan tujuan kami pun meluncur di jalanan Magelang. Tak ada yang berani memutuskan, Taman Kyai
Berikutnya Mas Yoga membawa kami ke sebuah tempat makan baru, Mulih Ndeso, yang tak jauh dari Candi Borobudur. Suasananya sangat nyaman dengan beberapa saung dan taman yang menyejukkan. Juga dilengkapi kolam renang untuk anak-anak. Sembari menunggu pesanan datang, kami sholat di mushola yang terletak di salah satu saung. Hampir satu jam menunggu akhirnya pesanan kami datang, lagi-lagi aneka olahan seafood. Sayang, makanan dan minumannya tak sebanding dengan tempatnya. Tapi karena lapar kuadrat (sudah lewat jam makan dan energi yang sudah tersedot habis di Borobudur) kami pun menghabiskan semua yang dipesan. Masih kurang? Kami mampir membeli durian di depan Akmil saat meluncur kembali ke rumah.
Kami langsung bersiap melanjutkan perjalanan ke Jogja begitu tiba di rumah. Aisya memperhatikan kami dan memeluk kami satu per satu saat mengetahui kami akan pergi. Sekitar pukul 16.30 WIB kami tiba di Terminal Magelang. Bus Ramayana atau Eka baru akan berangkat satu jam lagi. Akhirnya kami nekat naik bus ekonomi. Aisya nangis bombay saat kami masuk ke dalam bus. Hiks, jadi ikut sedih….
Baru sekitar pukul 17.15 WIB bus meninggalkan terminal. Huh, tahu begini kan mendingan naik Ramayana atau Eka. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Laju bus agak tersendat karena jalanan yang padat. Apalagi saat memasuki DIY, beberapa kali kami terjebak macet di daerah Sleman. Ini baru yang namanya backpacking, naik bus ekonomi yang sarat penumpang hingga kami harus berebut menghirup oksigen. Sumpek bin gerah plus aroma campur aduk dari para penumpang membuat kami nyaris mabuk perjalanan. Fyuh...
Hari sudah gelap ketika kami tiba di Terminal Giwangan, Bantul. Rumah Ketty tak jauh dari terminal, kami pun naik becak ke sana.Entah sudah berapa kali saya berkunjung ke rumah ini. Di ruang depan sedang ada tamunya Pak Har, saya pun langsung ke pintu belakang dan disambut dengan heboh oleh Ketty, Windy dan Bu Har. Ana dan Andri langsung terkapar di kamar. Andri minta dikerikin tengkuknya karena pusing dan Ana minta dipijat punggungnya. Duh, mendingan saya buka jasa pemijatan deh… lumayan kan bisa dapat fee. :D
Makan malam dengan lauk dari kantin baru hasil kolaborasi Ketty dan keluarganya. Sayur daun pepaya (yang sama sekali tidak terasa pahit!), tumis kulit melinjo, dan mi lethek. Ditambah martabak telur. Hmm… gak nyangka menemukan salah satu makanan favorit saya di sini, tumis kulit melinjo. Kata Ketty, saya memang cocok jadi orang Serang karena itu adalah makanan khas dari sana. Hahaha…
Ana dan Andri lebih dahulu terlelap, saya masih ngobrol dengan Ketty. Biasalah, curhat-curhat gak penting. Sebelum tidur tadi, kami bertiga sepakat untuk jalan-jalan ke rumah-rumah lama di Kotagede pagi-pagi sekali sambil mencari sarapan esok hari.
No comments:
Post a Comment