Perjalanan yang seharusnya menyenangkan menjadi menjemukan gara-gara kereta keseringan berhenti. Huh, judulnya aja pake nama Argo plus body aduhai kelas Argo, tapi kualitas mah jauuuhhh... :p
Yang paling berkesan dari perjalanan dengan Argo Gede ini adalah saat kereta melaju melewati terowongan Sasaksaat (baru tahu namanya pas nyari video kereta api di Youtube). Sekitar 60 detik kereta membelah kegelapan total. Untung saja di dalam gerbong kereta tetap terang benderang.
Sampai di St.Hall Bandung hampir pk.10.00 WIB, fyuh... Setelah sekian tahun tak menyambangi kota ini, akhirnya saya kembali menapakkan kaki di bumi parahyangan. Menyempatkan sarapan bubur ayam di depan stasiun yang harganya bikin saya pingin ngegetok kepala yang jual. Mosok satu porsi dihargai Rp.13.000???
Sambil sarapan pun kami masih belum pasti akan jalan-jalan kemana. Akhirnya diputuskan untuk ke Lembang menggunakan angkot jurusan St. Hall-Lembang. Ongkosnya lumayan mahal, Rp.6.000/orang, padahal gak terlalu jauh. Mendingan Kopaja kemana-mana deh... muter-muter cuma bayar dua ribu perak.
Menyusuri jalanan menjauh dari pusat kota, melewati beberapa tempat makan yang sepertinya menarik, kami pun turun di perhentian terakhir yaitu di Pasar Lembang. Celingak-celinguk, mupeng ngeliat colenak yang dijajakan sepanjang jalan, tapi terpaksa ditahan karena perut masih penuh oleh bubur ayam yang bikin gondok. Dengan tas punggung yang lumayan berat, kami jalan tanpa tujuan di sekitar Pasar Lembang.


Mau ke Tangkuban Perahu, keknya kok kejauhan... Akhirnya kami putuskan balik lagi ke kota. Kami mampir sebentar di sebuah kedai surabi tak jauh dari Terminal Ledeng, Rumah Imoet namanya.

Di sini kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan ke Dago (gak tahu lagi musti kemanan!). Setelah dua kali bertanya ke karyawan Rumah Imoet, kami kembali memanggul tas punggung menantang teriknya matahari Bandung dan berpeluh karena angkot yang kami naiki terjebak kemacetan di Jl. Setiabudi. Kami turun di simpang yang katanya dekat ke Dago. Jalan sedikit ke sebuah perempatan besar dan menanyakan arah ke Dago. Kami pun jalan kaki sejenak untuk menghilangkan mual. Tak lama kemudian kami menyetop angkot. Ternyata oh ternyata... kami salah jalan! Harusnya tadi ke Dago bawah, tapi ternyata kami malah jalan ke Dago atas dan berakhir di Terminal Dago, wkwkwkwkwkwk...
Balik lagi ke perempatan besar tadi, dan dari situ kami lanjutkan berjalan kaki menyusuri Dago, keluar masuk factory outlet. Payah nih, rencana untuk gak belanja-belanji di Bandung gagal total! Dari kepanasan sampai kehujanan, ditambah bawaan yang berat, kami semangat '45 mengais-ngais setiap sudut FO meski muka makin lusuh.

Perjuangan belum berakhir. Kereta terakhir dari Bandung sudah berangkat sejak sebelum kami memutuskan kembali ke Jakarta. Kami mencoba menghubungi agen travel dari nomor yang diberikan seorang teman tetapi tak berhasil. Akhirnya kami nekat ke Terminal Leuwi Panjang. Sudah lebih dari pukul 21.00 WIB ketika kami menaiki angkot jurusan Kalapa. Terkantuk-kantuk di antara penumpang lain. Dari Kalapa kami berganti angkot ke Leuwi Panjang. Sempat terjadi sedikit insiden dengan para calo bus di terminal. Alhamdulillah ada bus jurusan Merak yang akan berangkat.

Catatan:
Berencana ke Bandung lagi, tapi dengan persiapan lebih matang. Musti ngumpulin informasi tentang tempat-tempat oke yang wajib dikunjungi. Kalau perlu ntar bawa peta sekalian, hehehe....
Next trip: Lampung - Palembang
No comments:
Post a Comment