Setelah mencicipi kolam yang entah apa namanya (kalau di Waterboom Lippo Cikarang namanya Lazy River) kami menyewa ban. Sayangnya, hanya ada ban single di sini. Tarif sewanya Rp.15.000 per dua jam, ditambah deposit sebesar Rp.15.000. Deposit ini akan dikembalikan apabila kita mengembalikan ban tersebut dalam waktu dua jam.
Gerimis kecil yang tadi menyambut kedatangan kami di Atlantis masih menemani. Bahkan kini ditambah beberapa kali sambaran petir. Ugh, jadi takut naik nih. Tapi salah satu penjaga meyakinkan bahwa menara mereka aman karena sudah dipasang penangkal petir. Fyuh… Masih sedikit deg-degan akhirnya saya memberanikan diri menaiki menara. Oh ya, tak ada pengunjung lain di wahana ini loh, serasa Atlantis milik sendiri. :D
Menginjakkan kaki di puncak menara, saya sejenak terpana karena tak ada satu pun petugas di atas. Wedew, jadi serem ih. Terpaksa, saya sedikit bersusah payah menempatkan tubuh dengan posisi yang benar. Saya memilih seluncuran paling kanan dari tiga seluncuran yang ada. Saatnya meluncur…! Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaa… Teriakan saya menggema di seluncuran yang tertutup di beberapa bagian. Dan, byuuuuurrr. Asyik euy.
Sebenarnya jalur seluncuran di Atlantis lebih asyik dibandingkan di Waterboom LC, sayangnya kurang terawat baik sehingga di beberapa bagian ban kami sempat mengalami kemacetan karena cat yang sudah terkelupas di sana-sini.
Kembali berkeliling, kami menemukan seluncuran tanpa ban. Ada dua seluncuran pendek, salah satunya sangat curam. Kami memilih naik ke menara untuk mencoba seluncuran yang lumayan panjang dan berkelok-kelok. Di sini kami bertemu rombongan kecil beberapa cowok yang sedang memaksa salah satu teman mereka untuk meluncur. “Ayo dong, masa kalah sama cewek!” Kata salah satunya sembari menunjuk kami. Hehehe….
Ana meluncur lebih dahulu. Tapi tiba-tiba gerakannya terhenti karena seluncuran tersebut kondisinya lebih parah dari seluncuran ban yang tadi kami naiki. Susah payah dia berusaha sampai tubuhnya berhasil meluncur lagi. Tak mau kalah, saya pun ikut meluncur. Ternyata tak jauh beda dengan Ana. Aksi meluncur tersendat gara-gara seluncuran yang mulai aus.
Kami terpaksa menyudahi acara hari ini karena Ana harus siap di St. Gambir sebelum pukul 17.00. Meluncur dengan armada Blue Bird di tol jalan kota yang lancar. Mampir sebentar di Slipi Jaya untuk mengisi perut. Sampai di kos, Ana langsung mengemasi barang bawaannya. Baru sekitar pukul 15.00, masih sempat lah untuk memejamkan mata sejenak.
Pukul 16.15 kami sudah siap meluncur lagi meski tubuh menolak untuk bergerak. Berperan sebagai ojek cantik (narsis mode: ON) saya mengantar Ana ke St. Gambir. Berhenti sejenak di gerai Dunkin Donuts untuk kemudian berlari-lari kecil ke terminal keberangkatan. Rangkaian kereta api Bima yang akan membawa Ana ke Klaten telah siap di jalur 1. Alhamdulillah kami belum terlambat. Setelah mengantar Ana ke tempat duduknya, saya langsung meluncur kembali ke kos.
Tiga hari yang menyenangkan. Cukuplah untuk melepas segala penat. Tapi sayangnya acara ke Monas dan Istiqlal tidak terlaksana karena ketidaktersediaan waktu. Juga angan-angan ke Outbondholic. Maaf ya Na, beberapa rencana kita harus batal karena waktu kunjanganmu ke Jakarta dipangkas. Semoga kita diberi kesempatan untuk berlibur bareng lagi. :D
Catatan:
Dua hari berikutnya dilalui dengan tidur, tidur dan tidur untuk me-recovery kondisi badan yang diforsir selama tiga hari berturut-turut. Pegel semua euy…!
No comments:
Post a Comment