Saturday, March 28, 2009

The Secrets of The Immortal Nicholas Flamel # 2

The Magician (Terj.)
Michael Scott
Penerbit Matahati
Maret 2009

Rombongan kecil itu tiba di Paris, kota kelahiran sang Alchemyst. Mereka telah lolos dari sergapan Dee sesaat setelah Sophie memperoleh keahlian Sihir Udara dari Penyihir Endor. Jalur ley di rumah penyihir itu membawa mereka ke kota ini, di dalam gudang di salah satu gerejanya. Tapi mereka belum bisa bernapas lega. Dee telah menghubungi Nicollo Michiavelli, sesama orang abadi yang juga mengabdi kepada salah satu Elder. Machiavelli yang merupakan Kepala Intelijen mengerahkan seluruh anak buahnya untuk menangkap mereka berempat. Sekali lagi mereka lolos setelah Sophie mengerahkan kemampuan Sihir Udaranya. Mereka bertemu dengan Saint Germain yang pernah menjadi murid sang Alchemyst. Saint Germain, yang kini menggunakan nama Germain sebagai nama populernya sebagai penyanyi beraliran techno, membawa mereka ke salah satu kediamannya dan memperkenalkan istrinya, Joan of Arc.

Dee dan Machiavelli tak tinggal diam. Dagon, asisten Machiavelli, sebenarnya ingin membunuh Scatty tapi ditahan oleh bosnya. Mereka justru mengundang para Disir atau Valkyrie untuk menangkap Scatty. Tiga orang Disir yang datang membawa serta Niddhog, makhluk raksasa berwujud gabungan antara kadal dengan ular, yang terbebas saat Ygdrasill dan Alam Bayangan Hekate hancur (baca The Alchemyst). Josh dan Scatty menghadapi makhluk ini sementara di ruangan lain Sophie dan Joan berhadapan dengan dua Disir yang akhirnya berhasil dilumpuhkan. Niddhog berhasil menculik Scatty dan Josh mengejarnya setelah berhasil menggoreskan Clarent, kembaran Excalibur, ke ekor makhluk itu. Disir yang tersisa berlari di belakang Niddhog dan tidak menyadari kehadiran Josh.
Paris terbangun, alarm rumah dan mobil bersahut-sahutan karena kerusakan yang ditimbulkan Niddhog. Anehnya tak banyak orang yang berlalu-lalang di jalanan. Machiavelli telah menutupi semua kejadian ini termasuk keberadaan Niddhog. Dia dan Dee “menyelamatkan” Josh saat dia bertempur melawan Disir terakhir. Mereka membawa Josh ke Catacomb Paris, tempat salah satu Elder berdiam, Mars. Mereka meminta Mars untuk membangkitkan kekuatan Josh.
Sementara itu di bagian dunia yang lain, Perenelle berusaha melarikan diri dari Alcatraz. Sphinx yang menjaga selnya telah menyedot seluruh kekuatan sihirnya. Tapi dia terlahir dengan kekuatan lain, dapat melihat dan berbicara dengan hantu. Dia meminta hantu de Ayala untuk membantunya menjauhkan Sphinx agar kekuatannya pulih. De Ayala juga menunjukkan sebuah terowongan tempat suatu makhluk ditahan oleh Dee. Perenelle bekerja sama dengan Elder berwujud laba-laba itu untuk menghadapi Morrigan dan pasukan gagakknya yang dikirim Dee.

Fyuh… lagi-lagi saya dibuat ngos-ngosan mengikuti perjalanan rombongan sang Alchemyst. Masih seru seperti buku sebelumnya dan masih menyajikan makhluk-makhluk dalam legenda dan mitos serta tokoh-tokoh nyata. Siapa tak kenal Joan of Arc?
Di sini Josh banyak menunjukkan iri hatinya terhadap kekuatan kembarannya yang telah dibangkitkan. Apalagi setelah Sophie memperoleh keahlian Sihir Udara dari Penyihir Endor dan Sihir Api dari Saint Germain. Dia sangat ingin dibangkitkan agar dia bisa sejajar lagi dengan Sophie. Dia pun tetap tak percaya sepenuhnya kepada sang Alchemyst.

Penasaran bakal seperti apa dongeng selanjutnya. The Sorceress baru akan diterbitkan bulan Mei 2009. Kapan yah masuk terjemahannya dirilis?


Roman Sejarah dari Mbah Pram

Bumi Manusia
Pramoedya Ananta Toer
Penerbit Lentera Dipantara
535 halaman
Cetakan 13, Mei 2008

Seorang pribumi yang beruntung dapat bersekolah di HBS Surabaya di masa di mana bangku sekolah hanya boleh diduduki orang-orang Eropa Totok atau Indo. Dialah Minke, anak seorang bupati yang bahkan tidak mau mengakui darah priyayinya. Di luar jam sekolah, Minke mencari order usaha furnitur yang dirintisnya bersama Jean Marais, bekas tentara kolonial berdarah Perancis. Minke juga menulis untuk koran berbahasa Belanda dan tulisannya mendapat komentar positif di masyarakat.

Minke sangat mengidolakan salah satu gurunya, Magda Peters, dan menganggap wanita itu pintar dan memiliki wawasan yang luas. Namun saat bertemu dan berbincang dengan Nyai Ontosoroh Minke segera mengetahui bahwa dirinya sangat terkesan dengan wanita tersebut. Terkesan dengan wawasan sang Nyai dan bagaimana perjuangannya menjalankan perusahaan Mellema. Adalah Annelies, anak kedua Nyai dari perkawinan tidak sahnya dengan Herman Mellema, yang kemudian membuat Minke rela menghadapi berbagai masalah. Dia jatuh cinta dengan gadis Indo itu, demikian juga sebaliknya. Nyai meminta Minke untuk tinggal di rumah mereka. Permintaan ini didukung Dokter Martinet yang menyatakan bahwa pasiennya, Annelies, hanya akan sembuh apabila dirawat oleh Minke.
Ayah Minke murka mendengar kabar bahwa putranya tinggal di rumah seorang Nyai. Sang bupati tak lagi menganggap Minke sebagai putranya meski kemudian Residence B terkesan dengan putranya itu.
Kembali ke Wonokromo, kediaman Nyai Ontosoroh, Minke mendapati bahwa jiwanya terancam. Robert Mellema, anak pertama Nyai, merasa kedudukannya di rumah itu tergeser oleh kehadiran Minke. Tak hanya jiwanya yang terancam, kelangsungan studinya pun di ujung tanduk. Ditambah lagi persidangan atas kematian Tuan Mellema dan Kondisi Annelies makin lemah. Masalah seolah tak pernah lepas dari kehidupan Minke.

Ini adalah buku pertama dari Mbah Pram yang saya baca, buku pertama dari roman tetralogi Bumi Manusia. Saya tak menemukan alasan mengapa buku yang dianggap kekirian ini sempat dilarang terbit di tahun 1980-an. Padahal di negara lain buku ini telah diterbitkan dalam puluhan bahasa dan mendapat berbagai penghargaan.
Membaca buku ini saya seolah-olah di bawa ke jaman kolonial, jaman penjajahan Belanda. Jiwa muda Minke berontak ingin melepas kejawaannya. Minke mendapatkan pendidikan dan peradaban dari guru-gurunya, orang-orang Eropa, sehingga berpikir dan bertindak seperti orang-orang itu.Dia begitu mengagungkan hal itu bahkan ibunya sendiri menyatakan bahwa dia bukan lagi seorang Jawa. Kemudian dia dihadapkan dengan kenyataan bahwa tak semua yang dibawa orang-orang Eropa itu baik.
Yang menjadi tokoh sentral dalam buku ini adalah Nyai Ontosoroh. Seorang istri tidak sah seorang mantan pejabat kolonial Belanda yang berjuang menjaga kelangsungan hidup perusahaan suaminya yang hampir tak pernah pulang ke kediamannya. Juga perjuangannya saat mempertahankan haknya atas harta peninggalan suaminya serta atas perwalian anak mereka.

Ada kalimat yang cukup menarik di halaman 498 yang diucapkan Dokter Martinet saat berbincang dengan Minke perihal masalah perwalian Annelies.

“Tadinya aku sangka: satu-satunya kesulitan dalam hidup hanya urusan pajak. Tak pernah aku tahu ada kesulitan semacam ini di kolong langit.”

Ternyata dari dulu pajak menjadi momok bagi semua orang, hehehe… “D


Monday, March 23, 2009

Teman Jadi Caleg

Kabar itu saya dengar awal Desember tahun lalu dari seorang kawan. Ojlenk, demikian kami memanggilnya selama ini. Bukan nama sebenarnya memang, tapi di kalangan teman-teman sekolah dan teman-teman mainnya nama itulah yang dipakai. Nama beken, istilahnya. Dia salah satu teman saat saya duduk di bangku pendidikan menengah atas.

Terbahak-bahak, itulah reaksi pertama saya saat mendengar kabar bahwa Ojlenk mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Bukan karena saya menyangsikan kemampuannya, lebih karena saya sangat tidak menyangka bahwa salah satu teman saya terjun ke dunia politik. Meski sempat beberapa kali berbincang melalui pesan singkat mengenai pencalonannya, saya masih tidak percaya bahwa kawan yang satu ini serius dengan pilihannya.

Saat saya pulang ke kampung halaman tiga pekan yang lalu, Ojlenk memenuhi janjinya untuk berkumpul dengan beberapa teman yang lain di sela-sela waktunya yang padat dengan berbagai kegiatan. Inilah sepenggal obrolan kami yang berlangsung singkat karena Ojlenk harus menemui orang-orang yang bakal mendukungnya (baca: sponsor).

Kamu caleg partai apa sih?
Partai Buruh. (Saya bahkan tidak tahu nomor urut Partai Buruh!)

Kok bisa? Gimana ceritanya?
Beberapa tahun lalu aku sempat terancam PHK. Kesalahan yang dilakukan rekan kerjaku ditimpakan kepadaku. Karena merasa tak bersalah, aku mencari perlindungan di serikat pekerja. Alhasil aku selamat dari PHK itu dan malah direkrut menjadi salah satu pengurus di serikat pekerja. Sejak itulah aku aktif di SPSI. Nah, beberapa waktu lalu kami mendapat tawaran mengajukan beberapa nama untuk menjadi caleg, aku salah satunya.

Dapat nomor urut berapa?
Lima.

Gak sayang tuh buang-buang duit buat kampanye? Kalau kamu gak berhasil gimana?
Sudah ada perjanjian sebelumnya, calon yang jumlah suaranya tidak memenuhi akan memberikan suaranya kepada calon dengan nomor urut di atasnya. Yang berhasil memperoleh kursi akan memberikan sebagian penghasilannya sebagai anggota dewan kepada calon-calon yang gagal. 60-40. 60 persen untuk calon yang jadi, 40 persen dibagi-bagi untuk calon yang tidak jadi. Yah, kalaupun gak jadi aku masih menerima sekitar dua juta per bulan selama lima tahun ke depan. Toh aku juga masih kerja. Gak rugi-rugi banget lah.

Heh? Jadi gitu yak?
Iya. Tapi gak semua partai menerapkan aturan main seperti ini. Tergantung kebijakan di partainya.

Hmmm, pantas saja orang berbondong-bondong mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, meski hanya di DPRD Tingkat II seperti halnya Ojlenk. Semoga Ojlenk dapat menyalurkan aspirasi para konstiuennya dan dapat menjaga amanah apabila terpilih menjadi anggota legislatif. Sayangnya, saya tidak bisa mencontreng namanya di kertas suara tanggal 9 April 2009 nanti karena Ojlenk terdaftar sebagai caleg DPRD Kabupaten Tegal sedangkan saya mungkin tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap Kota Tegal. Padahal kalaupun kami di daerah pemilihan yang sama, belum tentu juga saya memilih Ojlenk sebagai orang yang mewakili saya di parlemen, hehehe… :D