Wednesday, September 24, 2008

Farewell Party

27 Agustus 2008

Kantor kami mengadakan pesta perpisahan sederhana untuk kepala kantor yang akan memasuki masa purnabakti. Begitu acara dimulai pukul 12.45 WIB, orang-orang langsung menyerbu meja prasmanan setelah dipersilakan. Sate kambing, sate ayam dan gulai kambing. Haduh, makanan berkolesterol tinggi semua nih. Tapi apa daya akhirnya ikut makan juga. Seorang biduan wanita berpakaian sopan melantunkan beberapa lagu diiringi organ tunggal. Acara berlanjut dengan beberapa sambutan gak penting, diselingi persembahan dari setiap lantai.

^^ Teman-teman dari lantai 3, nyanyi sebuah lagu yang saia lupa judulnya, ^^
dengan mengganti beberapa lirik.

^^ Yang ini para kepala seksi, nyanyi lagunya Jamrud, Pelangi di Matamu. ^^
Sebagian liriknya juga diganti.



^^ Ini persembahan dari lantai 5, puisi plus single pertamanya Sheila On 7, Kita. ^^
Saia cekikikan lihat gaya Mandes (belakang, paling kiri) di panggung!

Yang paling keren nih, dari lantai 4. Setelah latihan dua minggu tiap jam istirahat, tapi gak tiap hari, yang ngajarin saudara kita dari Mess Papua yang letaknya tidak jauh dari kantor, tujuh teman kami berkostum layaknya suku di Irian menarikan tarian dari Irian dengan diiringi lagu Yamko Rambe Yamko. Bikin semangat pokoknya!

^^ Ini dia Yamko Dancersnya! ^^

^^ Yang ini Yamko Singers (ada saia nyempil di situ, hehehe...) ^^

Sebenarnya ada juga persembahan khusus dari ibu-ibu yang nyanyi Wulan Merindu, tapi dicari photonya gak ada. Nanti kalau ketemu pasti saia posting di sini.

22 September 2008

Diterbitkan surat keputusan mutasi dan promosi. Ada orang baru yang akan mengisi tempat yang kosong ditinggalkan kepala kantor kami, yang sebelumnya dijabat sementara oleh kepala kantor sebelah yang satu gedung dengan kami.

Gak sabar pingin ketemu kepala kantor yang baru. Mudah-mudahan beliau orang yang ramah, baik hati, tidak sombong, dan suka tari-tarian daerah, hehehe... Dulu waktu saia masih bertugas di Cikarang beliau pernah nelpon, nanyain soal pekerjaan kami yang berkaitan dengan kantor beliau. Saat itu beliau masih supervisor. Kira-kira masih ingat gak yah? :D



Tuesday, September 23, 2008

The Kite Runner - Novel VS Film

The Kite Runner (terj.)
Khaled Hosseini
Penerbit Qanita (Mizan Pustaka)
Edisi Baru, Cetakan I, Februari 2008
490 hal.

”Ada jalan kembali menuju kebaikan.”

Amir kembali ke kota kelahirannya, Kabul, Afghanistan, untuk menebus kesalahannya di masa lalu. Bertahun-tahun silam dia dan Baba keluar dari Kabul menuju Peshawar, Pakistan, saat Afghanistan mulai diduduki pasukan Rusia. Mereka kemudian terbang ke Amerika Serikat dan berjuang memulai hidup baru di sana. Hingga suatu saat dia menerima kabar bahwa Rahim Kahn, sahabat Baba dan juga sahabatnya, sakit keras. Amir menemuinya di Peshawar.

Rahim Kahn menceritakan padanya bahwa dia mengetahui rahasia kecil Amir. Sebuah kejadian di masa lalu yang selama ini selalu menghantui kehidupannya. Kejadian saat mereka berusia dua belas tahun. Saat itu Amir seharusnya bisa menolong Hassan, dengan menerima segala resikonya, tetapi Amir memilih pergi. Peristiwa yang terjadi setelah layang-layang Amir berhasil menjadi layang-layang terakhir yang berada di langit dalam suatu turnamen. Saat Amir merasa bahwa dia telah berhasil membuktikan kepada Baba bahwa dia layak menjadi anak Baba dan mendapatkan kasihnya. Saat Hassan berjanji membawakan layang-layang terakhir yang jatuh kepadanya. ”Untukmu. Keseribu kalinya.” Dan dia memenuhi janjinya.
Rahim Kahn juga menceritakan suatu hal tentang Babanya. Sebuah kebenaran yang tidak pernah disampaikan Baba hingga dia meninggal.

Novel yang sempat terlupakan dan nyaris tak terselesaikan sampai kemudian saia menemukan dvd filmnya. Saia bertekad menyelesaikan membaca novel ini sebelum melihat filmnya. Akhirnya dalam dua hari saya berhasil mengeksekusinya. Novel yang bercerita banyak tentang persahabatan. Tentang penghianatan. Tentang persaudaraan. Tentang kasih sayang. Tentang kehormatan. Tentang impian. Tentang penderitaan. Dibumbui dengan konflik di Afghanistan dan kehidupan orang Afghan di Amerika, novel ini berhasil menyajikan perjuangan seorang pecundang (istilah saia untuk Amir) menjadi seorang pria terhormat.

Saat membaca bagian di mana Ali memutuskan pergi dari rumah Baba dengan membawa Hassan, dada saia terasa sesak dan kedua mata saia panas. Butiran-butiran bening itu mengalir tanpa dapat ditahan. Hal yang sama terjadi saat Farid, supir yang mengantar Amir kembali ke Kabul, mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan Hassan kepadanya. ”Untukmu. Keseribu kalinya.” Juga saat Amir bersujud, suatu hal yang selama 15 tahun terakhir tidak pernah dia lakukan, ketika Sohrab, anak laki-laki Hassan, berada dalam kondisi kritis di rumah sakit karena kehilangan banyak darah.

Karena berhasil mengaduk-aduk emosi, skor 8/10 saia berikan untuk novel ini.


The Kite Runner
Director: Marc Foster
Script Writer: David Benioff
2008

”There is a way to be good again.”
Diawali dengan adegan Amir dan Soraya kembali dari taman kota, mendapati novel terbaru Amir yang baru diterbitkan di depan apartemen mereka. Kemudian telepon berdering, ternyata Rahim Kahn yang menyuruh Amir pulang ke negerinya. Kemudian disajikan persahabatan Amir dan Hassan di usia awal belasan tahun.

Alur cerita film begitu runut mengikuti alur dalam novel, meski ada banyak hal yang dihilangkan dan beberapa hal yang ditambahkan sebagaimana film-film yang diadaptasi dari novel lainnya. Sayangnya saia tidak merasakan sesuatu yang saia dapat saat membaca novelnya. Saia tidak merasakan betapa tertekannya Amir akan hubungannya dengan Baba yang kurang hangat hingga hari turnamen layang-layang yang akhirnya menjadi hari kemenangannya. Memenangkan turnamen dan memenangkan hati Baba. Juga hari-hari setelah kejadian dia meninggalkan Hassan yang tidak berdaya.
Keputusan Amir untuk menyelamatkan Sohrab pun terkesan hanya untuk menebus dosa Baba, tidak ada hubungannya sama sekali dengan hari kelabu itu. Penderitaan dan perjuangan Amir hingga berhasil membawa Sohrab ke Amerika seharusnya lebih banyak di-expose untuk menunjukkan ”penebusan dosa”-nya di masa lalu.
Saia juga tidak menemukan kalimat “Untukmu. Keseribu kalinya.” Dalam film, kata-kata itu diterjemahkan (atau digantikan?) “Untukmu akan aku lakukan apapun.” Dan yang paling saia sesalkan, bagian yang paling saia suka, saat Ali pergi dari rumah Baba, ditampilkan dengan sangat datar!

Tapi saia suka dengan pemeran Amir kecil dan Hassan kecil, aktingnya lumayan lah.... Setting Kabul di antara pegunungan tandus juga keren meski kondisi setelah konflik tidak seseram yang saia bayangkan.

Overall, saia kasih skor 7/10. Itupun karena cerita dalam novelnya yang memang bagus.


Saturday, September 20, 2008

Wonder Women

“Gue pengin cepet-cepet kelar, Mel. Capek gue. Sabtu minggu gak bisa main ma anak-anak.”
“Loh, bukannya kuliahnya selasa ma sabtu doang?”
“Iya, tapi kalo minggu yang ada gue udah tepar. Gue jadi sering marah-marah ma Nadya. Kasihan dia, Mel.”



Sebagai prajurit di direktorat ini, kami diwajibkan bekerja dari pukul 07.30 s.d. 17.00 (kalau bulan Ramadhan sampai pukul 16.30). Sistem absensi dengan menggunakan sidik jari membuat sebagian di antara kami terpaksa berkejaran dengan waktu, terutama teman-teman yang tinggal di kota-kota penopang Jakarta. Mereka mesti pergi dari rumah saat matahari masih malu-malu memancarkan pesonanya dan baru sampai di rumah setelah matahari terbenam. Alhasil, komunikasi dengan anak sangat minim. Pergi di saat anak masih tidur dan kembali saat anak mulai beranjak ke tempat tidur. Hari Sabtu dan Minggu pun menjadi hari keluarga saat mereka bisa berkumpul dan bermain dengan anak.


Begitu juga yang dijalani Mbak Pit, lebih parah malah. Setiap pagi dia mesti berlari-lari mengejar kereta dari St. Kranji, Bekasi. Pulang pun demikian, mesti berebut ojek dengan roker (rombongan kereta - Pen.) lainnya. Ditambah lagi dia sedang melanjutkan studi S2-nya di Usakti. Setiap Selasa malam sepulang kerja dia langsung meluncur ke kampus. Hari Sabtu pun terpaksa dia relakan berpisah seharian dengan Nadya dan Ghozi. Tapi di sela-sela jam kerja dia selalu memantau kondisi mereka melalui hubungan telepon. Tugas kuliah yang tiada habisnya dia selesaikan sembari mencuri-curi waktu kerja. Kesibukannya akan bertambah saat musim ujian tiba. Padahal beban kerja kami pun tidak bisa dibilang santai. Saia salut dengan ibu satu ini. Dia bisa menyelesaikan tugas kantor tepat waktu dan tugas kuliah pun gak pernah terbengkalai. Tapi tetep keluarga jadi yang utama. Meski terkadang dia merasa berat menjalani itu semua, seperti dialog di awal tulisan ini. Bahkan beberapa kali dia jatuh sakit karena kecapekan. Beberapa kali dia juga terpaksa merelakan penghasilannya yang harus dipotong karena tidak hadir saat anaknya sakit.

Mbak Pit hanya satu dari sekian banyak ibu-ibu pekerja yang bisa menyandingkan keluarga, pekerjaan kantor dan kelangsungan pendidikannya secara proporsional. Saia menyebut mereka Wonder Women. Apakah suatu saat saia akan bisa seperti mereka? Entahlah.


Friday, September 19, 2008

a brand-new sight

Sudah hampir seminggu saia mempunyai pandangan baru. Bukan karena saia mengubah sudut pandang terhadap suatu hal. Bukan karena pengaruh orang lain. Juga bukan karena korban mode. Ini semata-mata karena tuntutan kondisi diri yang semakin uzur, hehehe...
Beberapa bulan terakhir pandangan saia mulai kabur. Tidak terlalu drastis sih, tapi sangat mengganggu. Akhirnya saia memutuskan mengunjungi sebuah optic untuk memeriksa kondisi mata saia. Hasilnya… masing-masing mata bertambah minus 0.25 jadi sekarang yang kanan -5.00 dan kiri -4.50! Terpaksa deh menguras tabungan untuk membeli kacamata yang sesuai. Ini ke-7 kalinya ganti kacamata sejak pertama kali divonis menderita rabun jauh sejak lima belas tahun yang lalu.

Tapi setelah beberapa hari dipakai, saia merasa kalau pandangan mata kanan masih agak kabur. Mungkin seharusnya ditambah -0.25 lagi!

Thursday, September 18, 2008

Ke Mana Menyalurkan Zakat?

Beberapa hari yang lalu kita dikejutkan dengan peristiwa yang terjadi di Pasuruan, 21 orang meninggal dunia saat berdesakan memburu zakat yang dibagikan oleh H. Syaikon setiap tanggal 15 Ramadhan. Terlepas dari siapa yang harus disalahkan atas peristiwa ini, yang lebih penting adalah bagaimana agar kejadian serupa tidak terulang.

Membludaknya jumlah orang yang berburu zakat di Pasuruan (juga di tempat-tempat lain) adalah salah satu potret kemiskinan di negara kita. Rakyat semakin terhimpit oleh beban ekonomi yang hari demi hari bertambah berat. Tapi saia justru melihatnya malah sebagai wujud ketergantungan orang kepada materi. Mereka rela berdesak-desakan bahkan meregang nyawa “hanya” untuk memperoleh uang sebesar Rp.30.000.


Yang pernah saia dengar, zakat itu bukan sejumlah uang yang akan habis dipakai satu sampai dua hari. Zakat seharusnya diberikan dalam bentuk modal kerja sehingga diharapkan tahun berikutnya sang mustahiq sudah tidak memperoleh zakat tetapi justru bisa mengeluarkan zakat. Inilah yang harus ditanamkan kepada para muzakki. Sistem pemberian zakat seperti yang dilakukan H. Syaikon tidak akan mengentaskan mustahiq dari kemiskinan. Tahun-tahun berikutnya mungkin akan semakin bertambah orang yang menjadi mustahiq.

Saia lebih memilih badan amil zakat untuk menyalurkan zakat profesi saia. Alhamdulillah setiap bulan sebagian dari penghasilan saia sudah disalurkan melalui DKM An-Nur (masjid kantor). Tetapi pas dihitung-hitung lagi ternyata masih kurang! Mesti buru-buru diselesaikan nih… Selama Ramadhan juga ada open table dari Baitul Maal Hidayatullah di depan masjid, mungkin sebagian kekurangan zakat akan saia titipkan di BMH.

Bagaimana dengan Anda?


Tuesday, September 16, 2008

Love is all around

I feel it in my fingers
I feel it in my toes
Love is all around me
And so the feeling grows


Setiap mendengar lagu Wet Wet Wet ini, seperti yang terjadi pagi tadi, yang terbayang bukanlah adegan dalam Four Weddings and A Funeral (karena belum pernah nonton filmnya…) di mana lagu ini menjadi soundtrack. Tetapi justru terbayang sosok penyanyi pria gaek yang sedang rekaman untuk album Christmas. Juga penampilan nekat (= naked) nya di televisi.



Yup, ini salah satu adegan di Love Actually. Film yang bertaburan bintang dan kisah cinta. Kisah cinta seorang penulis, aktor pengganti peran adegan panas, hingga Perdana Menteri, juga kisah lainnya.
Sepertinya ada film maker di Indonesia yang ”terinspirasi” film ini dan membuat film yang kata beberapa orang ”serupa.” Saia belum pernah nonton film lokal ini jadi tidak bisa membandingkannya dengan Love Actually.
The most memorable scene dari film ini adalah saat seorang pria (haduh, saia tidak bisa mengingat satu persatu tokoh di sini) menyatakan perasaannya lewat tulisan kepada wanita (yang diperankan Keira Knightly) yang telah menjadi istri sahabatnya. So sweet....
Ah, kapan ya sempat nonton film ini lagi?

You know I love you, I always will
My minds made up by the way that I feel
Theres no beginning, There'll be no end
Cause on my love you can depend


Monday, September 15, 2008

Hellboy II vs The Mist

Bukan dua film yang bisa dibandingkan sebenarnya, not apple to apple but apple to pear, hehehe... Kebetulan saja akhir pekan kemarin saia menonton kedua film ini.

Hellboy II: The Golden Army
Seorang pangeran dari Elfland, Prince Nuada, datang ke bumi dan mengambil potongan mahkota yang sedang dilelang. Potongan tersebut merupakan salah satu dari tiga potongan mahkota King Balor yang dapat digunakan untuk membangkitkan The Golden Army. Hellboy dkk menelusuri jejak dan bertemu dengan Princess Nuala, saudara kembar Prince Nuada. Princess Nuala melarikan diri dari istana saat saudara kembarnya membunuh ayah mereka untuk mengambil salah satu potongan yang lain. Potongan terakhir ada di tangan Princess Nuala. Dia juga memiliki peta lokasi The Golden Army.
Ceritanya biasa, penyelesaian akhirnya pun sederhana. Saia sampai berpikir, buat apa mereka melakukan itu semua kalau penyelesaian yang sama sebenarnya bisa dilakukan jauh-jauh hari. Yang menjadi nilai tambah adalah kemampuan del Torro menyajikan berbagai bentuk makhluk aneh dengan special effect yang bagus. Saia juga sempat terkaget-kaget saat tiba-tiba mendengar lagu lawasnya Barry Manillow, Can’t Smile Without You, di tengah film.

Alur Cerita : 6
Special effect : 8
Sound : 7
Overall : 7




The Mist
Sebuah kota kecil diselimuti kabut aneh yang muncul setelah terjadinya badai. David Drayton sedang berada di supermarket dengan anak lelakinya, Bobby, saat kabut menyelimuti seluruh kota. Mereka dan puluhan orang lainnya terkurung dalam supermarket tersebut. Ternyata di balik kabut terdapat makhluk-makhluk asing (makhluk dengan tentakel raksasa, serangga-serangga besar, dll) yang siap memangsa mereka. Mereka membuat pertahanan di dalam supermarket. Berbagai perselisihan meliputi mereka. Beberapa orang mencoba keluar dari supermarket, tak ada yang selamat. Mrs. Carmody yang dianggap tidak waras berkoar-koar tentang kejadian ini yang katanya telah tertulis dalam Alkitab. Dia bahkan menyebut dirinya utusan Tuhan. Beberapa orang terpengaruh dengan kata-katanya. Beberapa orang ditemukan tewas bunuh diri. Dari seorang prajurit militer yang tersisa diperoleh informasi bahwa kejadian ini disebabkan penelitian militer yang dinamakan The Arrowhead Project.
Menegangkan dari awal hingga akhir film. Endingnya cukup mengejutkan. Visualisasi makhluk-makhluk anehnya juga cukup bagus, dibantu dgn kabut yang menutupi menambah kesan misterius.

Alur Cerita : 8
Special effect : 7
Sound : 8
Overall : 7.3


Kisah di Balik Pembuatan Oxford English Dictionary

The Professor and The Madman (Terj.)
Simon Winchester
341 hal.
Serambi, Januari 2007

Bermula dari kasus pembunuhan di Lambeth, salah satu distrik di London, di suatu dinihari di bulan Februari 1872. George Merret, seorang buruh yang sedang bergegas ke tempatnya bekerja, ditemukan terkapar dengan tiga luka tembakan. Nyawanya tak tertolong. Pelaku penembakan, William Chester Minor, dijebloskan ke penjara. Minor ternyata seorang ahli bedah berkebangsaan AS yang tergabung dalam US Army. Dalam pengadilan terungkap bahwa Dr. Minor menderita penyakit yang parah. Dia dinyatakan tidak bersalah tetapi dia divonis “ditahan dalam penitipan yang aman sampai Ratu berkenan memberikan keputusan.”

Selanjutnya Dr. Minor dikirim ke Asylum for The Criminally Insane, Broadmoor, di Crowthorne. Ya, dr. Minor diyakini tidak waras dan membunuh Merret saat delusinya kambuh. Delusi-delusinya kemungkinan akibat pengalamannya di medan perang saat AS mengalami Perang Saudara sejak tahun 1863.

Tahun 1856 muncul ide dari Richard C. Trench untuk membuat kamus besar, The New English Dictionary on Historical Principles, karena ada beberapa kekurangan utama dalam kamus-kamus yang sudah tersedia. Untuk menjalankan ide ini Trench bergabung dengan Frederick Furnivall dan Herbert Coleridge. Mereka menyebarkan edaran untuk memanggil para pembaca voluntir yang bertugas membaca dan menyusun daftar kata-kata dari yang mereka baca. Proyek ini nyaris mati hingga ditunjukknya James Murray menjadi editor pada tahun 1879. Murray membangun pondok dari seng yang dinamakan Scriptorium dan memublikasikan surat edaran setebal empat lembar untuk membentuk korps voluntir yang baru. Salah satunya tersisipkan di sebuah jurnal pengetahuan yang sampai ke salah satu sel di Broadmoor Asylum.

Penghuni sel itu, dr. Minor, memperoleh keistimewaan karena status sosial dan pendidikannya. Juga penghasilannya. Dia diberi dua sel yang mempunyai pintu penghubung. Selnya juga memiliki pemandangan yang bagus, lembah dengan padang rumput, lapangan tennis, bukit-bukit kebiruan. Barang-barang pribadinya seperti pakaian, pipa dan tembakau, jam saku serta peralatan lukisnya juga dikirimkan ke sana. Buku-bukunya dari rumah di New Haven dikirimkan dan mulai memesan dari toko-toko buku di London. Dia kemudian membayar orang untuk membuat rak buku. Salah satu sudut selnya dijadikan perpustakaan. Dia juga diizinkan mengupah pasien lain untuk merapikan kamar dan menyortir buku.

Dr. Minor tertarik menjadi salah satu pembaca voluntir. Dia mempunyai metode yang berbeda dengan sebagian besar pembaca. Selama dua puluh tahun ke depan dia bergelut dengan buku. Dia mengirimkan kutipan-kutipan yang diperlukan persis ketika para editor memerlukannya.
Dr. Minor tidak pernah mengunjungi Oxford meski Crowthorne hanya berjarak enam puluh menit perjalanan naik kereta uap. Semua sumbangan kata-katanya disampaikan melalui korespondensi. Murray kemudian berinisiatif mengunjungi pria misterius itu meski sebelumnya Murray mengetahui bahwa voluntirnya adalah penghuni penjara rumah sakit jiwa. Sejak pertemuan pertama itu mereka kemudian bersahabat erat yang didasarkan rasa hormat dan segan serta kecintaan pada dunia kata-kata.

Setelah dr. Brayn menggantikan dr. Nicholson menjadi superintendent Broadmoor, kondisi Minor semakin parah terutama karena larangan-larangan dr. Brayn. Murray mengusulkan agar sahabatnya diizinkan pulang ke AS untuk menghabiskan hari-hari terakhirnya dekat dengan keluarga, tetapi ditolak oleh dr. Brayn.

Hingga suatu saat di tahun 1902 terjadi kengerian di Broadmoor. Dr. Minor memanggil perawat setelah dia memutilasi salah satu bagian tubuhnya. Tindakan gila ini seiring dengan kepercayaan Minor akan keberadaan Tuhan. Meski dibesarkan di keluarga Kristen yang taat, dia mulai meninggalkan agamanya ketika kuliah di Yale, bahkan menjadi atheis. Saat pergantian abad dia menyatakan bahwa dia menerima eksistensi Tuhan tanpa menganut suatu agama. Dia menghakimi dirinya atas perbuatan-perbuatannya di masa lalu.

Pemulangan dr. Minor ke AS kembali dibahas. Akhirnya pada tahun 1910 dia dipulangkan ke AS dan kemudian dirawat di St. Elizabeth Hospital. Dia meninggal tahun 1920 beberapa bulan setelah keluar dari rumah sakit. Sang editor, James Murray, lebih dulu meninggal lima tahun sebelumnya.

New English Dictionary yang kemudian menjadi Oxford English Dictionary (OED) selesai tahun 1927, dua belas jilid, lebih dari 400.000 kata yang didefisnisikan dan lebih dari 1.800.000 kutipan ilustratif, termasuk puluhan ribu yang disumbangkan William Minor.

Winchester merangkai kembali data-data tentang keterlibatan penghuni penjara rumah sakit jiwa dalam proyek pembuatan OED menjadi sebuah cerita yang menakjubkan. Pada awalnya saia kurang bisa menikmati cerita ini karena alih bahasa yang sulit dipahami, mungkin juga karena banyak istilah-istilah leksikografi dan filologi. Tapi akhirnya saia larut dalam cerita terutama saat dr. Minor menjalani hari-harinya di Broadmoor.

Saia jadi penasaran bagaimana Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disusun. Apakah ada cerita menarik dibalik pembuatannya seperti halnya OED? Tapi kalau tidak salah KBBI hanya memuat arti kata dan kutipannya, tidak ada sejarah atas penggunaan kata tertentu. Berbeda dengan OED yang juga menyajikan sejarah suatu kata, kapan kata itu mulai digunakan dan bentuk-bentuk awalnya.

Wednesday, September 10, 2008

tak ada rotan akar pun jadi

Gara-gara beberapa hari yang lalu diiming-imingi oleh Arin, adik bungsu saia, akan kelezatan sayur asem-asem buatan ibu, kemarin dengan bermodalkan nekat dan bahan seadanya saia membuat sendiri sayur asem-asem. It’s my first trial! Bahan yang ada di kulkas: daging sapi yang sudah direbus dan dipotong kecil-kecil, air kaldu, buncis, wortel, oyong alias gambas, daun bawang, seledri, plus tomat. Bumbunya pun cuma bawang merah dan bawang putih yang diiris tipis ditambah garam dan gula pasir secukupnya. Oh, no... saia melupakan sesuatu yang paling penting. Saia tidak mempunyai persediaan belimbing wuluh atau asam jawa atau asam matang!

Saia segera memutar otak mencari pengganti tokoh utama ini. Tomat mungkin bisa dijadikan pengganti, tapi persediaan cuma tinggal satu buah dan pasti tidak banyak menyumbang rasa asam. Mengintip lagi isi kulkas, masih ada beberapa jeruk nipis. Yippie.... inilah pahlawan saia! Meski ragu-ragu saat memasukkan air perasan jeruk nipis ke dalam panci, saia tidak punya pilihan lain. Akhirnya, jadilah dua mangkuk sayur asem-asem kreasi saia. Meski tidak selezat sayur asem-asem bikinan ibu, yang ini enak juga kok dan tidak kalah menyegarkan, padahal bikinnya gak pake icip-icip karena belum masuk waktu berbuka.
Tak ada belimbing wuluh/ asam jawa/ asam matang, jeruk nipis pun jadi! Ini hasilnya...



Monday, September 8, 2008

Tragedi di Spa

Saat saya menyalakan televisi tadi malam selesai shalat tarawih, terpampang siaran langsung balapan Formula 1 dari GP Belgia yang diselenggarakan di sirkuit Spa-...champs (susah banget nama sirkuitnya!). Balapan masih menyisakan 4 lap dengan Raikkonen di posisi terdepan diikuti Hamilton yang hanya berjarak 1-2 detik. Saat itu saia berpikir, lap-lap terakhir ini pasti seru karena sangat mungkin terjadi perebutan podium satu. Ditambah lintasan yang basah karena hujan. Pertunjukkan ini berakhir dengan tragis bagi Raikkonen. Setelah berhasil mengambil alih kembali posisi terdepan setelah sempat di-takeover Hamilton, Ferrarinya melintir dan mencium dinding pembatas. Raikkonen pun terpaksa meninggalkan balapan di 2 lap terakhir meskipun semula dia sangat dominan sepanjang balapan, kata komentatornya.

Tadi pagi waktu nonton Kabar Arena di tvone, ada berita yang mengejutkan. Hamilton dapat penalti 25 detik karena dianggap memotong di chicane terakhir menjelang garis start waktu wheel to wheel dengan Raikkonen. Melayang deh gelar GP Belgia ke Massa. Kubu McLaren langsung mengajukan banding ke FIA atas penalti ini.
Entah siapa yang benar siapa yang salah, saia gak mengerti peraturan di F1. Hanya sesekali nonton balapannya, itupun bertahan beberapa lap setelah start dan saia kembali saat balapan menyisakan beberapa lap. Cenderung membosankan karena tidak banyak aksi takeover-nya. Saia lebih suka menyaksikan balapan MotoGP yang kadang kelas 250cc-nya lebih seru daripada kelas yang paling bergengsi. Saia rela menggeser jadwal acara lain hanya untuk bisa menyaksikan balapan MotoGP dengan tenang di kamar saia yang nyaman. (Cat: saia cuma suka jalannya balapan, tidak tertarik dengan hal-hal teknis apalagi peraturan di MotoGP).
Tapi entah kenapa Alfara suka sekali dengan F1. Kata dia, perlu manajemen tingkat tinggi, manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang menentukan. Kalau saia bilang, gak di F1 saja hal itu berlaku tapi di semua aspek kehidupan.

Dari kejadian di sirkuit Spa tadi malam saia belajar bahwa tidak selamanya yang kita inginkan berjalan dengan baik. Kita tidak boleh lengah meski kita sedang berada dalam kondisi yang diistilahkan “di atas angin.” Kita juga mesti tenang menghadapi situasi sekitar termasuk keberhasilan orang lain.

Sunset Policy dan Ramadhan




Belakangan ini Ditjen Pajak sedang gencar mensosialisasikan fasilitas penghapusan sanksi administrasi yang dikenal dengan nama Sunset Policy, antara lain melalui pembagian pamflet, pemasangan spanduk, iklan media massa serta pojok pajak di beberapa pusat perdagangan. Fasilitas ini ditujukan bagi orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP sampai dengan 31 Desember 2008 dan menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya paling lambat 31 Maret 2009. Bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh NPWP sebelum tahun 2008 juga dapat memperoleh fasilitas apabila menyampaikan pembetulan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2006 dan sebelumnya paling lambat 31 Desember 2008.


Mengapa disebut Sunset Policy?

Dari yang pernah saia baca, istilah ini digunakan karena fasilitas penghapusan sanksi administrasi yang dijanjikan DJP hanya berlaku sebentar dan akan segera berakhir pada akhir tahun ini (akhir Maret 2009 untuk WP orang pribadi baru) sebagaimana sunset yang hanya berlangsung sebentar. Jadi, buat yang belum ber-NPWP ayo buruan daftar, selain memanfaatkan fasilitas ini juga karena mulai tahun depan akan diberlakukan UU PPh yang baru di mana WP yang belum ber-NPWP akan dikenakan tarif pajak yang lebih tinggi.

Demikian juga dengan bulan Ramadhan yang hari ini sudah memasuki hari ke-8 (versi Pemerintah). Tinggal 22 hari (kalau Ramadhan digenapkan 30 hari) lagi kesempatan yang tersisa untuk meraih segala fasilitas yang diberikan Allah secara khusus di bulan ini. Pahala yang berlipat ganda, ibadah sunnah yang dinilai sebagai ibadah wajib, ampunan dari dosa, pembebasan dari api neraka, adalah sebagian kecil dari fasilitas-fasilitas yang ditawarkan selama Ramadhan. Tetapi hanya di selama bulan ini. Di luar Ramadhan penawaran ini tidak berlaku, sebagaimana Sunset Policy yang hanya berlaku tahun 2008. So, selama kita masih dikaruniai nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat, ilmu, waktu luang, dll., yuk kita manfaatkan fasilitas yang diberikan Allah ini. Belum tentu kita bertemu dengan Ramadhan tahun depan.

(catatan: ide dari prolog kultum Ramadhan hari pertama – makasih om Jon...)


Friday, September 5, 2008

Yang Tersisa dari Hikaru

Siapa sih Hikaru?

Entah berapa tahun yang lalu saia mengenalnya dari sebuah stasiun televisi swasta yang menayangkan anime ini, Hikaru No Go! Tiap pulang kantor gak pernah terlewatkan nonton episode demi episode. Ceritanya tentang perjuangan Hikaru menjadi pemain igo (go) profesional yang diawali pertemuannya dengan roh Sai, pemain igo dari abad yang lalu. Semula Hikaru sama sekali tidak mengerti permainan ini, bahkan caranya memegang biji igo pun salah. Lucu, seru dan mengharukan.


Gara-gara anime ini saia jadi ingin mempelajari igo. Berdasarkan keterangan om Wiki, Igo adalah permainan papan strategis antar dua pemain, berasal dari Tiongkok sekitar 2000 SM sampai 200 SM. Tadinya saia pikir igo adalah catur jepang!

Dewi, teman saia yang mengetahui kegilaan saia dengan igo, berkeliling Jakarta hanya untuk mencari papan igo. Tapi sayang usahanya tidak membuahkan hasil, huhuhuhuuu...

Suatu saat dia menelpon dan memberi tahu bahwa papan igo sudah ada di tangan. Huuwwwaaaaaaaa...! Saia berteriak kegirangan dan langsung meluncur ke rumahnya. Ternyata papan igo itu didapat langsung dari China! Kebetulan suami Dewi melakukan perjalanan bisnis ke sana. Makasih Wi... Makasih Papi Krisna... (semoga arwahnya tenang di sisi Yang Kuasa)

Sampai saat ini saia hanya tahu aturan dasar permainan igo. Strategi? Duh, jangan ditanya deh... Memegang biji igo aja masih belum beres. Mana gak ada temen yang bisa diajak main, akhirnya main sendirian deh... hikz hikz hikz.




Thursday, September 4, 2008

Pojok Buku di Kamar Saia

Inilah salah satu sudut kamar saia. Hanya berisi sebuah rak buku susun empat dan sebuah rak buku susun tiga serta sebuah kertas yang berfungsi sebagai whiteboard. Sudut ini saia sebut Book Corner alias Pojok Buku. Ada sekitar 200 judul buku yang tercatat di katalog. Beberapa buku yang terakhir saia beli belum sempat dimasukkan dalam daftar.
Lebih dari separuh koleksi saia adalah novel, baik novel terjemahan maupun novel karya cipta anak bangsa. Sekitar seperempat koleksi adalah buku-buku bernafaskan ajaran Islam. Sisanya adalah buku-buku berbau psikologi, manajemen dan keuangan, perpajakan, kesehatan, dan komputer, serta beberapa komik tak jelas yang saia beli seharga Rp.2.000/judul saat Gramedia mengadakan Bursa Buku Murah.

Mengapa buku-buku ini menjadi favorit saia?
The Bartimaeus Trilogy – Jonathan Stroud
Saia suka penceritaannya dari dua sudut pandang dan alurnya yang melompat-lompat tapi kemudian bertemu di satu titik. Tidak ada tokoh yang benar-benar baik atau benar-benar jahat, setiap tokoh diceritakan punya sisi hitam dan putih. Perpaduan dunia sihir dengan dunia modern dengan intrik-intrik politik dan kekuasaan diramu dengan manis. Perkataan Bartimaeus yang sombong, sok tahu, sarkastis dan konyol menjadi daya tarik tersendiri. Akhir cerita ini membuat saia sempat bersedih beberapa hari karena harus berpisah dengan tokoh-tokoh di dalamnya.

Angels & Demons – Dan Brown
Siapa tak kenal Dan Brown? Novel The Da Vinci Code-nya yang kontroversial telah membuat dia dikenal seantero dunia. Angels & Demons adalah buah pikirannya sebelum The Da Vinci Code. Ini novel favorit saia dari keempat novel Dan Brown. Saia merasa ikut berlarian keliling Vatikan menyusuri simbol-simbol Illuminati di karya-karya Bernini (perupa abad ke-17). Tidak jauh berbeda dengan The Da Vinci Code, novel ini bercerita tentang teori konspirasi, gereja, dan karya seni.

Kembar Keempat – Sekar Ayu Asmara
Saia seolah diajak keliling dunia mengikuti perjalanan tokoh-tokohnya. Bhara, Bhadra dan Bhajra serta Axena dan Havana. Siapakah kembar keempat? Sekar benar-benar mampu mempermainkan imajinasi saia.

Krakatau, Ketika Dunia Meledak 27 Agustus 1883 – Simon Winchester
Sampai detik ini, buku inilah satu-satunya buku nonfiksi yang sanggup saya selesaikan dalam beberapa hari. Winchester pintar mengolah data dan fakta sejarah sehingga saia seakan membaca cerita fiksi.

Belum semua buku berhasil saia eksekusi. Bahkan ada beberapa buku yang hanya sanggup saia baca beberapa halaman depannya kemudian terhenti begitu saja. Mudah-mudahan suatu saat nanti saia bisa memaksakan diri melahap semua koleksi ini yang sangat mungkin akan terus bertambah.

Saia punya impian, suatu saat nanti saia memiliki perpustakaan pribadi dengan ribuan buku dalam ruangan yang nyaman lengkap dengan sofa, audio system, mini kitchen, dan toilet. Saia juga ingin membuat sebuah taman bacaan gratis lengkap dengan fasilitas untuk mengasah kreativitas anak-anak. Ah, akankah mimpi ini menjadi kenyataan?


Wednesday, September 3, 2008

Belajar dari WALL-E


Sekali lagi Disney dan Pixar berhasil membuat saia ternganga dengan menyajikan sebuah cerita unik yang menyentuh, penuh sindiran dan pelajaran, serta menghibur. Film ini memang tidak banyak mengumbar adegan dan dialog yang lucu, tapi tetap menghibur dengan sindiran-sindirannya.
Dalam balutan visualisasi yang sangat apik serta lagu dan musik tema yang pas di setiap adegan, film ini menjadi film yang wajib ditonton, meski masih ada beberapa hal yang masih menjadi ganjalan dalam pikiran saia, seperti:
- Apa mungkin Axiom menampung seluruh umat manusia? Atau ada beberapa Axiom lain yang tidak diungkap dalam film?
- Kemana penghuni Axiom membuang kotoran biologisnya?
- Kondisi bumi yang telah ditinggalkan selama 700 tahun, masih ada potongan koran atau pamflet yang jelas terbaca, troli di supermarket yang masih bisa digunakan, dan hal-hal sejenisnya.

Banyak hal yang mengingatkan (baca: menyindir) kita dari film ini, antara lain:

1. Lingkungan hidup
Penggambaran bumi dalam keadaan sekarat karena dipenuhi sampah akan sangat mungkin terjadi apabila kita tidak mengubah kebiasaan kita yang tidak menggunakan bahan-bahan pengemas yang tidak dapat didaur ulang. Juga kenyataan bahwa bahan-bahan tersebut dapat didaur ulang tetapi tidak dilakukan prosesnya sehingga hanya teronggok tak berguna.Kita seharusnya mulai mengurangi penggunaan bahan-bahan nonorganik atau sintetis, misalnya dengan membawa tas kain dari rumah saat berbelanja ke pasar atau supermarket untuk mengurangi penggunaan tas plastik. Kita tidak mau kan bumi yang indah ini merana karena perilaku kita?

2. Kesehatan
Apakah kita sering menyuruh office boy untuk memfotokopi di ruangan yang berbeda lantai dengan ruangan kita? Apakah kita sering menyuruh office boy untuk mengirimkan faksimili di ruangan sebelah yang hanya berjarak beberapa meter dari meja kerja kita? Apakah kita mencari tempat parkir yang paling dekat dengan pintu masuk? Apakah kita lebih sering menggunakan eskalator dan lift untuk ke lantai yang berada di 1-5 tingkat di atas atau di bawah kita? Seberapa sering kita berolah raga? Apakah kita lebih banyak mengkonsumsi makanan instan dan makanan siap saji (fastfood/ junkfood) daripada makanan sehat? Meskipun obesitas juga sangat ditentukan oleh faktor genetik, tidak menutup kemungkinan kebiasaan kita mengkonsumsi makanan yang tidak sehat serta kemalasan kita untuk lebih banyak beraktifitas menjadi penyebab kondisi kita menjadi seperti para penghuni Axiom.

3. Hubungan antarmanusia
EVE (Extraterrestrial Vegetative Evaluator) yang merupakan robot canggih mau berteman dengan WALL-E (Waste Allocation Load Lifter Earth-Class) yang saia istilahkan sebagai robot tukang sampah. Kita juga harus seperti mereka dalam bergaul, tidak membedakan status sosial di antara sesama. Saia begitu tersentuh ketika EVE tiba-tiba tidak aktif dan WALL-E berusaha mengaktifkannya tetapi tidak berhasil. WALL-E tetap mendampingi robot canggih ini, mengajaknya berkeliling, menyusuri sungai yang kotor, menyaksikan matahari terbenam, bahkan berhujan-hujanan yang membuat WALL-E tersambar petir. Keadaan EVE tersebut juga membuat WALL-E kehilangan semangat kerjanya.
Adegan yang benar-benar menohok saia adalah saat penghuni Axiom berinteraksi melalui monitor virtual di depannya, bahkan dengan orang yang berada tepat di sampingnya. Saia sering kali menanyakan sesuatu kepada teman di workstation sebelah. Bukan dengan menghampiri mejanya atau melongok melalui pembatas yang menghalangi kami, tapi melalui gtalk atau e-mail. Persis dengan adegan tadi. Sepertinya saia harus mulai mengubah kebiasaan ini.

4. Motivasi
Banyak adegan yang terkait dengan motivasi di film ini. Contohnya usaha WALL-E untuk mengaktifkan EVE yang disajikan dengan sangat mengharukan tetapi lucu, atau saat WALL-E berusaha bertahan di luar pesawat yang membawa EVE. Juga usaha WALL-E untuk melancarkan proses kembali ke bumi meski kondisi dirinya sudah sangat menyedihkan. Menurut saia yang paling utama adalah tindakan yang dilakukan Captain yang memimpin Axiom. Meskipun dia menyaksikan kondisi bumi melalui memori EVE yang menunjukkan bahwa bumi masih tidak layak untuk ditinggali, Captain percaya bahwa mereka bisa kembali ke bumi karena telah ditemukan tanaman hidup. Bahkan hingga menit-menit terakhir film ini, tetap ada muatan motivasinya. There’s some good in this world and it’s worth fighting for. Ini quotes dari film favorit saia yang lain, tapi cocok juga dengan film ini.

Sepertinya masih banyak yang harus saia tulis mengenai film ini, tapi saia sudah kehabisan kata-kata. Tiga kata buat film ini, two thumbs up! Ini salah satu dari sedikit film yang membuat saia berniat menyisihkan rejeki untuk membeli DVD film dan album OST yang asli.
Ini salah satu adegan favorit saia, ditambah alunan lagu First Date yang lucu tapi mengharukan, paparaparararap... ga tau apa yang sebenarnya disenandungkan, yang pasti lagu ini sekarang jadi ringtone ponsel saia.


Catatan: menurut saia, film ini lebih cocok ditonton oleh orang dewasa daripada anak-anak.




Tuesday, September 2, 2008

the music is all around us, all you have to do is listen...



Setelah beberapa bulan mencari album OST. August Rush, siang kemarin saat Jakarta
diguyur hujan saya menemukan album tersebut di gerai Disctarra di salah satu pusat
perbelanjaan. Sebenarnya sudah hampir putus asa saya mencari album ini karena di tiap gerai
Disctarra dan sejenisnya saya selalu dikecewakan ketiadaan persediaannya. Saya bahkan
meninggalkan nomor telepon di salah satu gerai agar mereka bisa menghubungi saya saat
album ini dikirim lagi. Maka dari itu, saya hampir melompat kegirangan waktu menemukan
August Rush di antara jajaran compact disc karena saat itu saya justru sedang mencari OST.
Wall-E yang ternyata belum ada di gerai itu.

Mendengarkan kembali lagu-lagu di album ini (total ada 15 lagu) langsung memutar memori saya mengingat alur filmnya. Ini adalah film dengan cerita sederhana namun disampaikan dengan apik karena didukung musik tema yang pas. Di awal film digambarkan betapa Evan Taylor aka August Rush yang diperankan Freddie Highmore sangat menyukai suara apapun yang dia dengar hingga menjadi alunan musik (Main Title). Ada quotes dari Evan/August yang menarik saat adegan ini, I believe in music, the way that some people believe in fairy tales.
Langsung disambung dengan Bach/Break yang menggabungkan musik klasik Partita No. 3 dari Sebastian Bach (saat pementasan orchestra dengan Lyla Novacek sebagai pemain cello solo) dengan lagu dari band yang digawangi Louis Conelly yang sedang manggung di cafĂ©. Break adalah salah satu lagu yang dinyanyikan sendiri oleh Jonathan Rhys Meyers yang berperan sebagai Louis Conelly. Kemudian lagu Moondance yang juga dinyanyikan Meyers. Lagu inilah yang mempertemukan Louis dan Lyla. This Time yang dibawakan Louis setelah Lyla pergi darinya pas banget, apalagi melihat Meyers yang penuh penjiwaan waktu nyanyi. Huhuhuhuuuuu….

"I wondered what might happen if I left this all behind
Would the wind be at my back ?
Could I get you off my mind?
This time..."

Berikutnya adalah musik asyik dari solo gitar saat Evan mencoba memetik Rossie (gitarnya Arthur) untuk pertama kali (Bari Improve) dan saat dia mengamen (Ritual Dance). Keren euy…! Seharusnya sebelum dua lagu ini ada lagu La Bamba yang dinyanyikan sendiri oleh Leon Thomas III sebagai Arthur setelah dia menerima tips dari Evan. Dan kalau tidak salah sebelumnya ada lagu sedih (lupa judulnya dan gak ada di album OST) saat Arthur mengamen. Eh, sepertinya terbalik ding… Si Arthur nyanyi La Bamba dulu trus baru nyanyi lagu sedih itu, tentang anak yang punya orang tua. (Kapan-kapan mesti nonton lagi niy!)
Terus ada lagu Raise It Up dari paduan suara gereja yang diikuti August saat terpisah dengan komplotan Arthur dan Wizard (Robbin Williams bisa juga jd kek gini…) yang kemudian mempertemukan dia dengan piano dan partitur. Dueling Guitars adalah lagu berikutnya saat Louis bertemu dengan August. Saia suka sekali yang ini….
Lagi-lagi Meyers menyanyikan sendiri lagu yang dibawakan, Something Inside, setelah dia memutuskan untuk kembali bermain musik bersama bandnya. Lagu ini digabungkan dengan Cello Concerto in E Minor dari Edward Elgar, saat Lyla juga kembali ke panggung.

August’s Rhapsody adalah gabungan beberapa musik tema dalam beberapa adegan yang digabungkan dengan musik orkestra yang dipimpin August dan diakhiri dengan quotes August, The music is all around us. All you have to do is listen. Musik orkestra ini yang akhirnya mempertemukan kembali Lyla, Louis dan August/ Evan. Happy ending deh... (spoiler alert)

Tidak ketinggalan Someday-nya John Legend yang muncul bersamaan dengan credit title di penghujung film. Sayangnya, saia kehilangan memori atas adegan yang diiringi lagu King Of The Earth dan God Bless The Child (ini kali ya lagu yang dinyanyiin Arthur).

Yang jelas, lima belas alunan yang indah dari album inilah yang membuat sebuah film biasa menjadi tidak biasa.


Go-Blog

Hosh.. hosh.. hosh..

Akhirnya mulai posting juga di sini, setelah si tukang kompor yg maniez, berhasil dengan sukses menjalankan tugasnya. Makasih Vien... >>>

Dengan berbekal pengetahuan ala kadarnya, saia memberanikan diri terjun ke dunia "go-blog" ini. Sebenarnya sudah ada dua blog yang saia punya, tetapi hanya untuk kalangan internal kantor, itu pun sepi tulisan dan sepi pengunjung, huhuhuhuuuuu... Nyaris terlantar lah.

Mudah-mudahan yang ini tidak bernasib sama dengan kedua saudara tuanya. Siapa tahu suatu saat nanti blog ini bisa memberikan sumbangan ke pundi-pundi emas saia, yah minimal bisa punya usaha kek gini nih...