Jumat pagi, 2 Juli 2010, kami sudah bersiap di depan hotel. Seperti hari-hari sebelumnya, selalu saja ada yang melanggar kesepakatan sehingga rencana berangkat pukul 7.30 WITA pun harus molor setengah jam. Perjalanan ke Pelabuhan Lembar memakan waktu sekitar satu jam. Pengorbanan menunggu ferry yang lumayan lama terbayar impas karena ferry kali ini lumayan besar dan ada ruangan ber-AC. Tempat duduknya pun sangat nyaman. Saat ferry mulai membelah Selat Lombok, saya mulai merasakan pusing. Mungkin ini yang disebut mabuk laut. Perjalanan yang lumayan lama memberi kesempatan untuk tidur lelap. Terbangun karena cacing-cacing di perut mulai berteriak kelaparan.
Selesai makan siang dengan nasi kotak yang dibawa dari Mataram, saya berjalan-jalan ke bagian belakang ferry. Rupanya toiletnya pun cukup bagus, dan yang lebih penting lagi, bersih. Berjalan di ferry seperti jalannya orang mabuk, gentuyuran. Bahkan sholat pun harus kuat kuda-kudanya karena kalau tidak kuat kita bisa terjatuh. ;p
Kami tiba di Pelabuhan Padang Bay sekitar pukul 14.00 WITA. Tidak ada lagi pemeriksaan KTP seperti halnya saat kami memasuki Pelabuhan Gilimanuk tempo hari. Bus langsung mengarah ke Kuta. Setelah Jaja yang lebih dulu berpisah dengan rombongan, giliran Mario yang turun di daerah Sanur. Di Kuta, bus diparkir di Central Park. Di sini kembali kami kehilangan anggota rombongan. Sonya dan Early akan melanjutkan liburannya di Pulau Dewata ini. Demikian juga Friska dan Irfan. Wah, jadi makin sepi nih busnya.
It’s free time. Dari Central Park kami naik komuter (dengan sedikit kejadian tidak menyenangkan dengan si sopir) ke outlet Joger. Tarif komuter ini IDR60.000 atau IDR3.000 per orang jika diisi penuh sebanyak 20 orang. Walah, ternyata outlet Joger is so crowded. Banyak rombongan pelancong di musim liburan ini. Antriannya pun mengular. Butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai di depan kasir.
Semula kami akan melanjutkan ke Pantai Kuta. Tapi matahari sudah hampir tenggelam, langit pun diliputi awan sehingga kemungkinan kami tidak bisa menikmati sunset di Kuta. Yah, meski ada sedikit perasaan tidak enak dengan Nunik dan Ety yang sepertinya sangat ingin ke pantai, kami semua kembali ke Central Park karena harus berkumpul kembali pukul 19.00 WITA.
Tapi ternyata teman-teman yang lain belum kembali. Kami pun terpaksa menunggu sembari makan malam di foodcourt Central Park. Rombongan baru melanjutkan perjalanan sekitar pukul 20.00 WITA. Entah pukul berapa kami tiba di Pelabuhan Gilimanuk. Terkantuk-kantuk di dak penumpang sampai ada informasi bahwa ferry akan bersandar di Pelabuhan Ketapang.
Sabtu, 3 Juli 2010, saat adzan subuh berkumandang kami menepi di sebuah masjid di Ponorogo. Wah, masih jauh rupanya perjalanan kami sampai ke Bandung. Tapi saya sudah memutuskan untuk singgah dulu di Tegal, melepas lelah, numpang pijet, dan meninggalkan pakaian kotor selama perjalanan ke Lombok. ;p
Setelah berhenti di Pasuruan untuk sarapan yang kesiangan, bus sampai di Porong, di mana teman sebelah saya selama perjalanan ini, Janice, turun untuk berkumpul dengan ayah dan kakaknya di Surabaya. Lumayan lah jadi bisa selonjor lebih lapang. Sudah hampir tengah hari saat itu. Tadinya Gilang menawarkan untuk berhenti sebentar di lokasi kubangan (atau lebih layak disebut danau?) luapan lumpur dari pengeboran PT. Lapindo Brantas. Tapi karena cuaca yang sangat terik rencana itu dibatalkan. Syukurlah, karena saya memang sama sekali tak berminat ke tempat itu. Saya lebih senang kalau kami tidak terlalu banyak berhenti sehingga lebih cepat sampai.
Dalam perjalanan kami mulai menyadari ada yang berubah dari fisik kami. Selain kulit yang terbakar, rupanya kaki kamu mulai membengkak. Mungkin ini efek dari kaki yang capai tapi tidak bisa diluruskan karena duduk di bus. Untunglah hanya jempol kaki saya yang bengkak, sementara teman-teman mengalami bengkak seperti layaknya orang hamil. ;p
Menyenangkan rasanya saat akhirnya bisa melewati perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Setidaknya kami lebih dekat dengan akhir perjalanan. Kami singgah di Rembang untuk ishoma dan kembali melanjutkan perjalanan. Di Pati bus kembali berhenti menjelang maghrib dan melanjutkan perjalanan ke Semarang. Tercetus ide untuk mampir ke Semarang dan berbelanja oleh-oleh di Jl.Pandanaran. Tidaaaaaaaakkkkkk... Saya mau pulang sekarang. Jangan ada mampir-mampir lagi!
Untunglah, Pak Syaifudin dan Pak Deden serta Kang Robby, kru bus Puja Wisata ini, sepakat untuk tidak mampir ke kota Semarang. Thanks God. :D
Sebelum masuk Semarang, Ety turun di daerah Juwana. Kami berhenti di sebuah rumah makan besar di daerah Kendal, tempat banyak bus berhenti untuk istirahat, sekitar pukul 20.00 WIB. Orang ramai menyaksikan pertandingan antara Jerman melawan Argentina. Di sini Nita memutuskan untuk naik salah satu bus Nusantara jurusan Jakarta yang ada di tempat itu. Tak lama setelah melaju, di pertigaan Weleri-Sukoharjo, kembali satu teman berkurang. Handono akan pulang ke rumahnya di Temanggung.
Saya terjaga saat bus melintas di Kab. Pekalongan. Rupanya Nunik sudah turun di Batang. Saya pun memaksakan diri untuk tidak terlelap lagi. Fyuh... kondisi jalan di jalur Pantura sangat parah. Berlubang dan bergelombang di sana sini. Bus harus bermanuver untuk menghindari ranjau-ranjau tersebut.
Minggu dini hari, 4 Juli 2010, pukul 01.00 WIB. Alhamdulillah, akhirnya, sampai juga di Tegal. Saya pun berpamitan dengan Andri dan Gilang. Teman-teman lain sedang terhanyut di alam mimpi.
Sore harinya saya sudah berada di salah satu gerbong di rangkaian KA Cirebon Ekspres yang akan mengantar saya kembali ke Jakarta. Dari St. Tegal hingga St. Brebes kereta masih lengang. Dengan tiket tanpa tempat duduk, saya meringkuk di bordes gerbong 1 yang sepertinya baru diremajakan. Sendiri. Kereta baru dijejali penumpang setelah tiba di St. Cirebon. Ada tiga orang yang bergabung dengan saya di bordes gerbong 1. Tanpa mempedulikan yang lain, saya melanjutkan tidur sampai tiba di St. Bekasi dan terus terjaga hingga tiba di St. Gambir.
Perjalanan menakjubkan ini akan selalu tersimpan dalam memori. Kalau masih dikasih kemampuan, kesehatan, dan kesempatan, saya pasti akan kembali mengeksplorasi Lombok yang eksotis. Kembali ke Jakarta, kembali ke realitas.
Oh Jakarta, do you miss me? :D
Catatan (1):
Lombok tidak cocok untuk para solo backpacker
karena tidak tersedianya angkutan umum untuk mencapai tempat-tempat yang menarik. Pelancong harus menyewa motor atau mobil sehingga malah akan membebani anggaran. ;-)
Catatan (2):
Pegal-pegal di betis yang bikin sakit pas naik-turun tangga baru hilang setelah hari Selasa (060710). Sepertinya ini gara-gara pas mau snorkling tidak diawali dengan pemanasan dan peregangan. ;P
No comments:
Post a Comment